harapanrakyat.com,- Teluk Mauritsbaai, nama yang terbilang asing bagi sebagian orang, terutama wisatawan Pangandaran. Namun ternyata dalam sejarah Indonesia, jauh sebelum terkenal seperti sekarang, kawasan indah di pesisir selatan Jawa Barat ini memiliki sebutan yang terdengar asing di telinga, yakni Mauritsbaai.
Nama tersebut bukan hanya sebagai sejarah semata, namun menjadi identitas utama wilayah Pangandaran di era kolonial Belanda. Bahkan, dalam berbagai arsip media massa saat itu secara berturut-turut menyebut Mauritsbaai yang merujuk wilayah Pangandaran.
Di media massa saat itu, menuliskan berbagai potret Pangandaran ketika itu, mulai dari penggambaran wilayah yang penuh harapan, tragedi, hingga pesona alam yang tak lekang oleh waktu.
Teluk Mauritsbaai dan Dirk de Vriesbaai yang Terkenal di Pangandaran
Sementara itu, penyebutan sangat jelas mengenai geografi wilayah Pangandaran terlihat di surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 6 November 1911. Dalam tulisan media kolonial ini, menggambarkan rencana cukup detail pembangunan jalur kereta api yang akan melintasi teluk Pananjung.
Dalam laporan itu menyebutkan, di Semenanjung Pananjung terdapat dua teluk utama, yakni Pananjung Timur dengan sebutan Teluk Maurits atau Mauritsbaai. Kemudian, Pananjung Barat sebutannya Teluk Dirk de Vries atau Dirk de Vriesbaai.
Dari sebutan yang begitu terkenal saat itu, Teluk Maurits adalah lokasi yang kita kenal saat ini sebagai Pantai Timur Pangandaran. Sementara Teluk Dirk de Vries adalah Pantai Barat. Dalam koran tersebut mencatat bahwa Teluk Maurits memiliki kedalaman sekitar 18 meter. Sehingga sangat cocok menjadi pelabuhan alami yang strategis.
Harapan Baru di Tepi Teluk Maurits
Dulu sebelum terkenal menjadi tempat wisata, wilayah Pangandaran merupakan tanah harapan untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Dalam catatan Koran De Preanger-bode pada 2 Mei 1903, seorang filantropis bernama v. Emmerik mengisahkan rencana besar di wilayah tersebut.
Saat itu, ia memiliki niat untuk memindahkan Koloni Palang Merah Putih atau Witte Kruis Kolonie, sebuah koloni kemanusiaan yang menampung orang-orang miskin dan sakit, ke wilayah Priangan yang fokus perhatiannya pada wilayah yang tidak jauh dari Teluk Maurits.
Ia memilih lokasi tersebut karena di Pangandaran sudah ada beberapa pemukiman orang Jawa Pangandaran dari Bagelen yang pindah untuk menghindari kelaparan. Sementara dalam catatan itu, beberapa wilayah tertulis Kalapa Goda, Sutren, Wonoardjo, dan Telaga Depok yang berada di sekitar Mauritsbaai adalah tanah yang subur dan menjanjikan.
Melihat dari tulisan itu, menunjukkan bahwa sejak awal 1900-an, kawasan Pangandaran sudah menjadi salah satu tujuan migrasi serta pusat kehidupan baru.
Pangandaran, Tempat Liburan Murah Meriah di Tahun 1925
Pada tahun 1920-an, pesona alam Mauritsbaai makin terkenal. Bahkan, wilayah tersebut menjadi destinasi wisata yang sangat cocok untuk berlibur. Bahkan, dari sebuah tulisan perjalanan di Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 10 Mei 1925, begitu detail memberikan gambaran kehidupan Pangandaran, terutama sisi wisatanya.
Menariknya, dalam tulisan tersebut menyebutkan untuk masuk ke Pangandaran aksesnya sangat mudah dari Bandung bisa menggunakan kereta api dan berhenti di Banjar, kemudian lanjut ke Pangandaran memakai trem uap Banjar-Pangandaran. Sementara jika menggunakan mobil, dari Banjar ke Pangandaran hanya butuh waktu sekitar 2,5 jam. Pengunjung yang sedang melakukan perjalanan akan melihat pemandangan laut yang sangat indah.
Tak hanya soal kemudahan akses ke Pangandaran, dalam koran tersebut juga menuliskan tempat-tempat peristirahatan yang dibangun oleh perusahaan kereta api negara (Staatsspoorwegen) yang sudah berdiri dengan begitu megah di sekitar Teluk Maurits.
Sementara soal pantainya, koran tersebut menuliskan Pantai Pangandaran aman untuk berenang. Sang penulis memuji keindahan pantai Teluk Maurits yang landai serta pasir putihnya yang begitu bersih.
Adapun soal harga, saat itu para tamu bisa menikmati berbagai hidangan ikan dan lobster segar. Adapun harganya hanya Rp 4,5 gulden per harinya, pengunjung sudah bisa menginap, mendapatkan makanan dan layanan yang sangat lengkap.
Dari gambaran sejarah Teluk Mauritsbaai atau pantai Pangandaran saat itu, menjadi referensi tambahan para pengunjung yang akan berwisata ke sana. Apalagi saat ini berbagai lokasi wisata alam terbilang sangat banyak dan cocok untuk berlibur bersama keluarga. (Muhafid/R6/HR-Online)