Badan Antariksa Eropa (ESA) berhasil mengabadikan foto kutub selatan Matahari, sebuah pencapaian baru yang sebelumnya sulit terjangkau. Hasil capaian ini menjadi momen istimewa, mengingat baru pertama kali kutub selatan dari bagian tata surya tersebut tertangkap oleh kamera.
Baca Juga: Badai Matahari Carrington, Salah Satu yang Terbesar di Sejarah
Kutub Selatan Matahari Tertangkap Setelah Penelitian Beberapa Bulan
Solar Orbiter mulai mengambil foto kutub selatan Matahari sejak 23 Maret. Namun, manusia baru melihat hasil potret tersebut pada Rabu, 11 Juni 2025. Secara keseluruhan, gambar kutub Matahari itu menampilkan pemandangan yang belum pernah manusia atau wahana antariksa rekam sebelumnya.
“Hari ini kami mengungkapkan pemandangan pertama dari kutub Matahari bagi umat manusia,” ungkap Carole Mundell selaku Direktur Sains ESA di dalam sebuah pernyataan tertulis, 11 Juni lalu. “Pemandangan unik dari misi Solar Orbiter ini menandai awal dari era baru dalam ilmu Matahari.”
Awal Era Baru dalam Ilmu Pengetahuan Matahari
Solar Orbiter berhasil menangkap potret kutub selatan setelah melakukan penelitian dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini berlangsung dengan memiringkan orbitnya hingga 17 derajat di bawah khatulistiwa Matahari.
Dengan bangga, Direktur Ilmu Pengetahuan ESA, Carole Mundell memperlihatkan pandangan pertama umat manusia tentang kutub Matahari. Hasil temuan ini memberikan gambaran baru dan unik dari misi Solar Orbiter. Potret kutub selatan tersebut menjadi tanda awal era baru dalam ilmu pengetahuan alam.
Beberapa gambar yang ada, menangkap kutub selatan Matahari dalam rentang gelombang cahaya tampak dan ultraviolet luas. Para ilmuwan mengambil gambar kutub selatan dengan menggunakan tiga dari 10 instrumen yang terpasang di Solar Orbiter.
Hasil Temuan di Kutub Matahari
Solar Orbiter berhasil mengumpulkan data Matahari yang berwarna-warni. Hal ini mencakup pandangan yang belum pernah terjadi sebelumnya soal tumpukan magnetik Matahari.
Selain itu, hasil temuan juga menyoroti soal pergerakan berkecepatan tinggi dengan unsur-unsur kimia tertentu. Pergerakan tersebut terbawa oleh semburan plasma yang membentuk angin Matahari.
Dalam pernyataan resminya, ESA menyebutkan bahwa berbagai data yang ada akan membantu peningkatan pemahaman manusia tentang angin Matahari. Selain itu, berbagai data ini juga memberikan informasi mendalam soal cuaca antariksa dan siklus aktivitas Matahari yang berlangsung sekitar 11 tahun ke depan.
Baca Juga: Warna Asli Matahari Ternyata Bukan Kuning Maupun Merah
Solar Orbiter Merekam Aktivitas di Kutub Selatan
Dalam penelitiannya, Solar Orbiter berhasil merekam aktivitas Matahari, terutama saat Matahari melepaskan letusan berintensitas tinggi. Fenomena ini menunjukkan aktivitas puncak yang terkenal dengan sebutan solar maximum.
Para peneliti merekam aktivitas Matahari dengan menggunakan pengukuran magnetik melalui instrumen Polarimetric and Helioseismic Imager (PHI). Mereka mengambil pengukuran tersebut untuk membuat peta medan magnet Matahari.
Hasil rekaman pada peta itu menunjukkan bahwa kutub Matahari penuhi dengan medan magnet kutub utara dan selatan. Para peneliti mengamati kekacauan magnetik ini sebagai fenomena sementara yang menandakan bahwa medan magnet Matahari akan segera berbalik. Fenomena ini sejalan dengan siklus yang terjadi setiap 11 tahun sekali.
ESA menyoroti bahwa pembalikan magnet pada kutub selatan Matahari menandai soal akhir dari periode aktivitas tinggi maksimum Matahari. Hingga akhirnya, aktivitas memulai transisi menuju ketenangan relatif pada minimum Matahari berikutnya.
Saat minimum berikutnya mulai berlangsung, sekitar 5 hingga 6 tahun dari sekarang, kutub Matahari akan menunjukkan satu jenis polaritas magnetik masing-masing. Aktivitas tersebut merupakan proses yang seharusnya terjadi dan masih menjadi perkiraan oleh para peneliti.
Penelitian Lanjutan Soal Kutub Matahari
Pada dasarnya, Solar Orbiter masih berkesempatan untuk menguji berbagai prediksi dalam beberapa tahun ke depan. Dengan bantuan gravitasi Venus, Solar Orbiter akan terus memiringkan orbitnya lebih jauh dari ekuator Matahari.
Hal tersebut akan terus berlangsung hingga mencapai 24 derajat pada Desember 2026 dan 33 derajat pada Juni 2029. Sudut pandang yang semakin tajam akan mengungkap kutub selatan Matahari dengan detail lebih besar dan akurat. Penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman soal Matahari setiap kali melintas.
Ilmuwan proyek Solar Orbiter ESA, Daniel Müller, menyebutkan bahwa penelitian saat ini baru merupakan langkah pertama. Tim peneliti akan terus melanjutkan eksplorasi dari “Tangga menuju surga” milik Solar Orbiter.
Secara keseluruhan, data yang mereka peroleh saat ini berpotensi mengubah pemahaman manusia tentang medan magnet Matahari. Selain itu, mereka juga mungkin akan mengubah cara kita memahami angin Matahari dan aktivitas Matahari secara keseluruhan.
Baca Juga: Gerhana Matahari Ring of Fire, Fenomena Alam yang Langka
Potret kutub selatan Matahari yang berhasil tertangkap kamera menjadi kabar gembira bagi Badan Antariksa Eropa (ESA). Penelitian lanjutan akan terus berlangsung guna mengungkap informasi lebih detail soal medan magnet Matahari, angin Matahari, serta aktivitas Matahari. (R10/HR-Online)