Grand Hotel Preanger, Napak Tilas Sejarah Ikonik di Jantung Kota Bandung

8 hours ago 5

Grand Hotel Preanger bukan sekadar sebuah bangunan atau tempat menginap mewah. Ia adalah monumen hidup yang berdiri kokoh sebagai penjaga memori Kota Bandung. Terletak di Jalan Asia Afrika, yang dahulu terkenal sebagai Grote Postweg (Jalan Raya Pos), lokasinya sangat strategis. Yaitu, di denyut nadi sejarah kota dan dekat dari titik nol kilometer. Dalam catatan sejarah Indonesia, hotel ini telah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting yang membentuk wajah Bandung dan bahkan Indonesia. 

Baca Juga: Pertempuran Malang Area, Jejak Heroik Pejuang di Bumi Arek Malang

Tembok-tembok megah seakan berbisik, menceritakan ribuan kisah yang terukir seiring berjalannya waktu. Statusnya sebagai cagar budaya bukanlah tanpa alasan. Hotel ini dengan setia merawat jejak masa lalunya. Ini menjadikannya sebuah destinasi yang menawarkan lebih dari sekadar kenyamanan. Tetapi juga sebuah perjalanan emosional melintasi zaman. Menginjakkan kaki di lobinya terasa seperti membuka sebuah buku sejarah yang tebal dan penuh warna.

Sejarah Panjang Grand Hotel Preanger

Prama Grand Preanger berlokasi di Jl. Asia Afrika No.81, Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Hotel ini merupakan salah satu ikon bersejarah Kota Bandung dan menjadi satu-satunya hotel bintang 5 yang memiliki museum yang masih aktif hingga kini. Kombinasi antara nuansa heritage dan layanan modern menjadikan Prama Grand Preanger destinasi yang unik bagi wisatawan maupun pebisnis.

Grand Hotel Preanger memiliki riwayat perjalanan sangat panjang dan menarik, bermula dari bentuk usaha yang jauh berbeda dari sekarang. Sejarahnya berawal dari tahun 1897, bukan sebagai hotel, melainkan sebagai sebuah toko roti sederhana yang dikelola oleh masyarakat lokal. 

Siapa sangka, dari aroma roti panggang yang pernah memenuhi udara di sudut jalan itu, takdir mempersiapkan lahirnya sebuah ikon perhotelan melegenda. Namun, toko roti tersebut mengalami kebangkrutan. Sehingga, membuka jalan bagi seorang warga Belanda bernama W. H. C. van Deeterkom untuk mengambil alih dan mengubahnya menjadi sebuah penginapan sederhana bernama Hotel Thiem.

Titik balik transformasinya terjadi pada era 1920-an. Nama hotel resmi berubah menjadi Grand Hotel Preanger, menandai berawalnya sebuah era baru yang lebih megah. Proses renovasi besar-besaran pun dilakukan untuk mengubah wajahnya secara total. Proyek prestisius ini dipimpin oleh arsitek kenamaan C.P. Wolff Schoemaker. 

Menariknya, Schoemaker melibatkan salah satu mahasiswa arsitektur terbaiknya saat itu. Ia seorang pemuda cerdas dan visioner yang kelak menjadi proklamator dan presiden pertama Indonesia, yaitu Ir. Soekarno. Kolaborasi inilah yang melahirkan fasad bangunan bergaya Art Deco khas dan abadi. Garis-garis tegas, ornamen geometris, dan fasad megah menjadi cerminan semangat zaman yang dinamis, selaras dengan julukan Bandung sebagai Parijs van Java.

Tempat Menginap Tamu-tamu VIP KAA

Keberadaannya menjadi semakin tak ternilai ketika ia terpilih sebagai panggung penting dalam percaturan dunia. Pada tahun 1955, Grand Hotel Preanger mendapat kehormatan menjadi tempat menginap para tamu VIP. Bahkan, untuk para delegasi penting selama perhelatan Konferensi Asia Afrika (KAA). 

Koridor-koridor hotel menjadi saksi bisu perbincangan strategis yang menentukan nasib bangsa-bangsa baru merdeka. Bisa dibayangkan betapa sibuknya lobi hotel pada masa itu. Penuh dengan para jurnalis internasional dan menjadi ruang diplomasi informal bagi para pemimpin yang menentukan arah baru bagi negara-negara di dua benua. 

Baca Juga: Sejarah Keramat Empang Bogor, Warisan Ulama Besar Tanah Jawa

Sepuluh tahun kemudian, pada 1965, hotel ini kembali menjadi tuan rumah bagi para ketua delegasi Konferensi Islam Asia Afrika. Tak hanya tokoh politik, panggung hiburan dunia pun pernah singgah di sini. 

Legenda komedi Charlie Chaplin saat melakukan tur ke Hindia Belanda, dan pilot wanita pemberani Amelia Earhart adalah beberapa nama besar yang pernah merasakan keramahtamahan hotel ini. Menginap di sini terasa melintasi waktu, berjalan di koridor yang sama dengan para legenda dunia.

Warisan yang Terus Hidup

Kini, jejak-jejak sejarah yang tak ternilai itu tidak akan hilang tergerus zaman. Pihak hotel mendedikasikan sebuah ruang khusus bernama Museum Wolff Schoemaker (Preanger) di lantai pertama. Museum ini menjadi kapsul waktu yang memungkinkan para tamu untuk melihat langsung artefak, foto, dan cerita dari masa lalu, sebuah penghormatan nyata terhadap para perancangnya. Ini adalah sebuah pengalaman yang membedakannya dari hotel-hotel lain. Ini memberikan nilai tambah yang begitu mendalam.

Grand Hotel Preanger berhasil membuktikan bahwa kemewahan dan sejarah dapat berjalan beriringan. Ia bukan hanya sebuah bisnis perhotelan. Tetapi juga sebuah institusi budaya yang merawat dan menceritakan kembali kisah perjalanan sebuah kota. 

Baca Juga: Sejarah Tugu Simpang Lima Tasikmalaya yang Jadi Ikon Kota

Bagi para pelancong dan pecinta sejarah, hotel ini menawarkan sebuah pengalaman menginap yang unik. Yakni, setiap sudutnya menyimpan cerita yang kaya. Warisan yang terjaga dengan baik menjadikan Grand Hotel Preanger sebagai salah satu permata paling berharga Kota Kembang. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |