harapanrakyat.com,- Momen kenaikan kelas serta perpisahan sekolah menjadi tujuan para pedagang untuk meraup rezeki. Seperti hal yang Andri, penjual buket bunga asal Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, lakukan. Ia sejak pagi sudah standby di dekat pintu gerbang SMPN 1 Pamarican, Kabupaten Ciamis, Rabu (25/6/2025), untuk menjajakan barang dagangannya.
Baca Juga: Perpisahan Sekolah Ala MTsN 7 Ciamis: Sederhana dan Tidak Ada Pungutan Iuran Wajib
Wajahnya terlihat ceria dengan penuh harapan barang dagangannya laris terjual. Sambil menunggu pembeli, Andri terlihat terus menata serta membuat buket secantik mungkin untuk menarik minat pembeli.
“Sejak pagi saya sudah standby di sini, Mudah-mudahan di sekolah ini dagangan saya laris, dan bisa membawa pulang rezeki,” harapnya.
Andri mengungkapkan, bahwa kegiatan samen atau perpisahan tahun ini tidak sesuai dengan harapannya sebagai seorang penjual buket bunga. Pendapatannya pun turun drastis dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.
Hal itu sejak keluarnya Surat Edaran (SE) Gubernur Jawa Barat, terkait batasan kegiatan di sekolah. Tentunya SE itu sangat berdampak juga terhadap pendapatannya sebagai penjual buket bunga yang mengandalkan momen-momen kegiatan di sekolah.
“Saat ini kan jarang sekolah yang mengadakan acara samenan secara megah seperti dulu. Kalau dulu mah setiap acara samenan pasti rezeki kami sudah menanti. Berbeda ya dengan sekarang, jualannya juga sepi,” ungkapnya.
Menurutnya, setiap hari berkeliling mencari sekolah di Kabupaten Pangandaran dan Ciamis yang melaksanakan kegiatan perpisahan. Bahkan ia mengaku rela keliling sekolah hingga sampai ke Jawa tengah.
“Yang namanya usaha kemana pun saya datangi. Meski jauh tetap saya tempuh dengan tujuan untuk mencari rezeki, bahkan tak jarang juga saya sampai ke Jateng, Karena momen samenan seperti ini kan hanya setahun sekali, jadi saya harus memanfaatkan waktu dengan baik,” ujarnya.
Penjual Buket Bunga Ini Sempat Diusir Pihak Sekolah Saat Berjualan
Karena sepi atau tidak laku, tak jarang Andri sering membuang barang dagangannya meski sudah diobral semurah mungkin. Sebab, bunga yang dipakai untuk hiasan buket ini merupakan asli. Sehingga jika tidak laku dalam waktu satu dua hari, maka bunganya akan layu dan tidak layak untuk dijual.
“Makanya saya sering membuang bunga-bunga ini jika tidak laku terjual, hingga akhirnya saya harus merugi,” tuturnya.
“Untuk harga buket bunga ini saya jual mulai dari 10.000 ke atas. Yang mahal juga ada, tergantung jika ada yang pesan. Cuma saya sengaja kebanyakannya bikin yang paket hemat,” imbuhnya.
Andri juga menceritakan momen yang paling pahit sebagai penjual buket bunga. Salah satunya di tahun ini, ia mengaku pernah dilarang berjualan oleh pihak sekolah bahkan sampai diusir.
Baca Juga: Sayembara Perpisahan Sekolah Termegah dan Termurah ala Dedi Mulyadi, Total Hadiah Rp165 Juta
Kejadian tersebut terjadi di salah satu sekolah di Kabupaten Pangandaran. Meski Andri sudah berjualan di luar sekolah, tetap tidak boleh itu bahkan sampai mengusirnya,
“Pokoknya macam-macam kejadian pasca SE Gubernur soal larangan dan aturan sekolah,” ucapnya.
“Mungkin sekolah takut jika mengadakan kegiatan samenan atau perpisahan. Sehingga tentunya itu sangat berdampak kepada kami pedagang keliling penjual buket bunga,” pungkasnya. (Suherman/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)