Serangga cyborg penyelamat merupakan salah satu terobosan di bidang sains yang luar biasa menakjubkan. Bagaimana tidak, para ilmuwan kini mampu menggabungkan sistem biologis serangga dengan rekayasa teknologi canggih. Hasilnya adalah makhluk miniatur yang dapat manusia kendalikan dari jarak jauh dalam misi penyelamatan dan skenario darurat.
Ketika bencana seperti gempa bumi atau tanah longsor misalnya, kecepatan serta ketepatan mengevakuasi korban menjadi hal utama. Namun, hancurnya medan maupun tumpukan reruntuhan kerap menyulitkan tim SAR.
Baca Juga: Hewan Pemburu Paling Ganas, Tak Disangka Ada Kucing Hingga Beruang
Bahkan, anjing pelacak atau robot penyelamat modern pun memiliki keterbatasan menjangkau celah-celah sempit. Di sinilah peran serangga cyborg tentu sangat vital. Mari kita ulas lebih detail tugas dan cara mereka bekerja.
Mengenal Tentang Serangga Cyborg Penyelamat
Gagasan mengenai insect rescue sejatinya bukan hal baru. Konsep ini sudah mulai ilmuwan kembangkan sejak awal 2010-an. Salah satu tonggak pentingnya adalah pengembangan kecoak cyborg oleh tim ilmuwan di Singapura.
Proyek tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Home Team Science and Technology Agency (HTX) dan Nanyang Technological University (NTU). Mereka mendapat dukungan teknis dari perusahaan teknologi lokal, Klass Engineering and Solutions.
Ide asli dari proyek ini datang dari Profesor Hirotaka Sato. Seorang ilmuwan yang menyaksikan langsung dampak dahsyat dari gempa bumi Jepang pada tahun 2011 silam. Tragedi itu menginspirasi Sato untuk menemukan cara baru yang lebih efisien dalam menyelamatkan korban. Khususnya yang terjebak di bawah puing-puing.
Ia menyadari bahwa tim penyelamat perlu sesuatu yang kecil, lincah, dan dapat mereka kendalikan untuk menjangkau area-area mustahil. Dari sinilah muncul konsep insect rescue yang tim persenjatai teknologi demi misi kemanusiaan.
Pengembangan serangga cyborg penyelamat tidak berhenti di Singapura. Di Australia, para peneliti asal University of Queensland ikut mengembangkan versi serupa. Kali ini menggunakan kumbang sebagai platform utama.
Jenis kumbang yang tim pilih adalah Zophobas morio, serangga populer berkat daya tahan tubuhnya. Selain itu, mereka juga sangat mumpuni dalam membawa beban kecil.
Punya Tugas Serupa
Walau menggunakan spesies yang berbeda, baik kecoak cyborg maupun kumbang memiliki tujuan dan peran yang sama. Mereka sama-sama menyelamatkan nyawa manusia dalam kondisi darurat. Para serangga ini mendapat pelatihan dan diprogram untuk masuk ke celah-celah sempit.
Misalnya dalam reruntuhan kemudian mengirimkan data lokasi serta kondisi lingkungan di sekitar korban. Tugas yang mereka jalankan memang terdengar seperti fiksi ilmiah. Tetapi faktanya sangat realistis.
Serangga bisa menembus ruang-ruang sempit yang tak mampu manusia atau anjing pelacak akses. Bahkan robot beroda atau berkaki sekalipun. Dengan demikian, mereka menjadi alat vital dalam proses pencarian yang cepat dan akurat. Khususnya dalam fase kritis beberapa jam pertama pasca terjadi bencana.
Baca Juga: Spesies Baru Lobster Air Tawar Ditemukan di Papua Barat
Mengandalkan Teknologi Super Canggih
Kecanggihan serangga cyborg penyelamat terletak pada teknologi miniatur yang melekat pada tubuh mereka. Pada kecoak Madagaskar besutan tim Singapura, terpasang ransel kecil seberat kurang dari 6 gram.
Ransel itu berisi berbagai komponen seperti sensor, baterai, kamera mini, dan sistem komunikasi. Kamera inframerah memungkinkan serangga mendeteksi panas tubuh manusia dalam kegelapan total. Sementara sensor lingkungan memberikan informasi terkait suhu, kelembaban, atau gas berbahaya.
Elektroda mikro berada di atas sistem saraf serangga yang memungkinkan manusia mengendalikan arah gerakannya dari jarak jauh. Teknologinya juga memungkinkan operator untuk mengarahkan serangga ke area-area spesifik yang tim curigai sebagai lokasi korban.
Nantinya, ketika serangga menemukan seseorang, data langsung terkirim ke pusat kontrol. Setelah itu, baru masuk ke sistem tim penyelamat di lapangan.
Mampu Bertahan Berjam-jam
Daya tahan juga menjadi keunggulan utama serangga cyborg penyelamat. Model kecoak cyborg terbaru dari Singapura dapat beroperasi hingga delapan jam hanya dengan satu baterai kecil. Ini tentu jauh lebih efisien daripada robot miniatur yang umumnya membutuhkan energi besar. Sementara waktu operasional relatif terbatas.
Informasi terbaru menyebut ilmuwan sedang mengembangkan sistem energi alternatif berbasis tenaga surya agar serangga bisa beroperasi lebih lama. Dengan sel surya mini di atas punggung mereka, serangga bisa mengisi ulang daya selama berada di lapangan.
Pengujian awal menunjukkan bahwa sistem memungkinkan mereka bertugas selama lebih dari satu hari penuh dengan sinar yang cukup.
Baca Juga: Fakta Dinosaurus Diplodocus, Ekor Terpanjang Tapi Otaknya Kecil
Hingga kini, sudah ada sepuluh kecoak hibrida berukuran sekitar 6 cm yang melewati uji. Sementara itu, para ilmuwan optimis bahwa dalam waktu dekat, kawanan serangga cyborg penyelamat akan semakin banyak. Mereka siap menjadi bagian penting dari protokol penyelamatan global. (R10/HR-Online)