Sumur minyak eks Belanda menjadi perbincangan hangat di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, setelah kembali menyemburkan lumpur bercampur gas pada Maret 2024 lalu. Menilik dari catatan sejarah Indonesia, peninggalan era kolonial ini bukan sekadar jejak historis, melainkan saksi bisu dari masa eksploitasi sumber daya alam Nusantara.
Baca Juga: Operasi Gagak Kuningan, Peristiwa Berdarah Tak Terlupakan
Aroma minyak menyengat dan kabut tebal menyelimuti kawasan sumur itu menambah suasana mencekam. Tak sedikit warga sekitar merasa was-was setiap kali fenomena semburan ini terjadi.
Asal Usul Sumur Minyak Eks Belanda di Indramayu
Sumur minyak bekas Belanda di Kabupaten Indramayu merupakan salah satu titik eksplorasi awal Nusantara. Lokasinya berada di Blok Pilang Moncol, Desa Pagedangan, Kecamatan Tukdana. Menurut catatan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Indramayu, sumur ini mulai tereksplor bersamaan dengan sumur minyak Cibodas 1 Kabupaten Majalengka pada 1871 oleh Jhon Renink.
Saat itu, teknologi pengeboran masih sangat sederhana. Pengambilan minyak berlangsung secara manual, menggunakan tenaga kerbau dan sapi. Produksi minyak hasil tambang tersebut tidak secara massal. Fungsinya hanya untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar lampu minyak atau lampu cempor bagi orang-orang Belanda yang tinggal sekitar wilayah itu.
Kedalaman sumur ini tidak lebih dari 600 meter. Meski begitu, potensi kandungan minyaknya cukup besar. Pada masa penjajahan, sumur ini sempat nonaktif. Namun, sekitar tahun 1970-an, perusahaan minyak nasional kembali memanfaatkannya. Sayangnya, keekonomian hasil produksi tidak sebanding dengan biaya pengelolaan. Akhirnya, pada 1980-an sumur tutup dan menjadi terbengkalai.
Fakta-Fakta yang Terkuak di Balik Sumur Minyak Eks Belanda
Dari kisah sejarahnya, sumur minyak ini menyimpan sejumlah fakta menarik sekaligus memprihatinkan. Berikut beberapa hal yang berhasil terungkap dari berbagai kejadian sekitar lokasi:
1. Terdapat Kabut Tebal Saat Semburan Terjadi
Setiap kali semburan lumpur dan gas muncul, fenomena kabut tebal kerap menyelimuti wilayah Desa Pagedangan dan sekitarnya. Kabut ini muncul sejak dini hari bersamaan dengan semburan yang tingginya bisa mencapai dua meter. Aroma gas menyengat bercampur bau minyak langsung memenuhi udara.
2. Merusak Lahan Pertanian
Semburan lumpur bercampur minyak dan gas tidak hanya menjadi tontonan warga, tetapi juga ancaman serius bagi pertanian. Tanaman padi sekitar lokasi perlahan layu bahkan mati akibat terendam lumpur panas. Sejumlah petani mengaku telah mengalami kerugian karena sawah mereka terdampak setiap kali fenomena ini terjadi.
Baca Juga: Sejarah Cihapit Bandung, dari Kamp Tahanan hingga Pasar Tradisional Modern
3. Kerap Terjadi dalam Beberapa Tahun Terakhir
Fenomena muntahan lumpur dari sumur minyak eks Belanda ini bukan pertama kalinya terjadi. Catatan warga menunjukkan bahwa kejadian serupa pernah berlangsung pada 2017, 2021, dan kembali terulang pada 2024. Kejadian ini seakan menjadi alarm bahwa kawasan tersebut masih menyimpan tekanan bawah tanah yang aktif.
4. Proses Penanganan Semburan Masih Minim
Hingga saat ini, penanganan terhadap semburan lumpur dari sumur eks Belanda masih terbatas. Pihak pemerintah desa hanya mampu memasang garis larangan melintas sekitar titik semburan. Permintaan warga untuk penanganan serius kerap terbentur kendala biaya dan izin dari pihak terkait.
5. Mengandung Minyak dan Gas Berbahaya
Material yang keluar dari sumur minyak eks Belanda berupa lumpur berwarna abu-abu dengan campuran minyak berwarna kemerahan. Gas yang ikut menyembur memiliki bau menyengat. Sebagian semburan sudah merambat ke lahan persawahan, sehingga potensi dampak lingkungan semakin meluas.
6. Penanganan Pernah Berhenti karena Biaya Besar
Pada insiden tahun 2021, penanganan semburan lumpur di lokasi ini disebut memerlukan anggaran hingga Rp 1 triliun. Biaya tinggi serta tuntutan kompensasi warga membuat proses penanganan tidak kunjung rampung. Akibatnya, semburan dibiarkan berhenti dengan sendirinya tanpa penanganan maksimal.
Sumur minyak eks Belanda bukan sekadar peninggalan sejarah, tetapi juga warisan yang masih aktif memberikan ancaman lingkungan. Kejadian semburan lumpur bercampur gas yang terjadi berulang kali membuktikan bahwa lokasi tersebut masih menyimpan tekanan geologi berbahaya. Fakta-fakta yang terkuak dari sumur ini menjadi pengingat bahwa warisan kolonial bisa menyisakan dampak hingga puluhan tahun ke depan. Perlu langkah serius dan cepat dari berbagai pihak untuk memastikan keamanan warga sekitar serta kelestarian lingkungan.
Baca Juga: Regenschap Meester Cornelis, Jejak Administratif yang Menjadi Sejarah Jakarta Timur
Meski menjadi saksi bisu masa lalu, sumur minyak eks Belanda di Indramayu tetap menyimpan banyak misteri yang belum sepenuhnya terungkap. Peninggalan itu kini seakan terus berbisik, mengingatkan tentang babak kelam sejarah eksploitasi bumi Nusantara. (R10/HR-Online)