harapanrakyat.com,- Media sosial tengah ramai membicarakan soal fenomena rojali dan rohana yang merebak beberapa bulan terakhir ini. Istilah rojali yang tengah viral di media sosial itu merupakan akronim dari ‘rombongan jarang beli’.
Adapun maksud dari akronim tersebut menunjukan orang-orang yang kerap mendatangi pusat perbelanjaan, tapi tak membeli apapun di sana.
Selain rojali, ada juga istilah ‘rohana’ yang merujuk pada ‘rombongan nanya-nanya’. Istilah ini ditujukan untuk orang-orang yang kerap bertanya soal suatu produk tapi tak membelinya.
Alasan Maraknya Fenomena Rojali dan Rohana
Baca Juga: OJK Perkuat Strategi Pengawasan Aset Kripto demi Keamanan Investor
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terjadi di mana-mana, pendapatan masyarakat berkurang tentu membuat daya beli pun menjadi berkurang.
Menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, alasan itulah yang menjadi penyebab maraknya istilah rojali dan rohana di media sosial.
Lebih lanjut Mahendra menyebutkan bahwa, fenomena rojali dan rohana merupakan bentuk reaksi dari masyarakat atas ketidakpastian kondisi ekonomi yang tengah terjadi selama beberapa bulan terakhir ini.
Masyarakat pun akhirnya lebih berhati-hati dan menahan diri untuk bersifat konsumtif lantaran kondisi ekonomi yang memang belum stabil.
“Pada saat terjadi kondisi yang lebih tidak pasti beberapa bulan terakhir ini, tentu banyak pihak yang lebih mengambil posisi untuk menimbang-nimbang sebelum mengambil keputusan,” ujar Mahendra Siregar.
Tak hanya pembeli, Mahendra juga menilai jika kondisi tersebut juga terjadi pada produsen dan investor.
Ia pun meminta masyarakat untuk melakukan langkah lebih lanjut guna mengatasi permasalahan tersebut. Misalnya memberikan sinyal kepastian kepada konsumen agar merasa lebih percaya untuk mengeluarkan uang mereka.
Mensesneg Tak Senang dengan Istilah Rojali dan Rohana
Fenomena istilah rojali dan rohana ini memang cukup memprihatinkan, lantaran hal ini menunjukkan jika adanya penurunan daya beli masyarakat.
Hal ini pun menjadi perhatian Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi. Ia mengaku tak senang dengan kedua istilah tersebut, dan meminta masyarakat untuk tidak menjadikannya candaan.
Baca Juga: Pemerintah Gelisah Gegara Bendera One Piece, Pengamat Politik; Ini Tamparan!
“Terus terang saya tidak terlalu suka dengan istilah itu. Pendapat saya, istilah tersebut jangan dijadikan sebuah joke atau lelucon,” katanya.
Menurut Prasetyo, istilah tersebut bisa menjadi tamparan bagi pemerintah untuk berbenah dalam beberapa aspek, khususnya dalam perekonomian di Indonesia.
Ia juga tak menampik jika masyarakat Indonesia saat ini memang masih ada yang hidup di bawah garis kemiskinan ekstrim. Sehingga tak heran jika munculnya fenomena rojali dan rohana yang semakin marak. (Revi/R3/HR-Online/Editor: Eva)