Napak Tilas Gedung Juang Majalengka, Tempat Penyiksaan Hingga Jadi Museum Kecil

5 days ago 14

Sekilas, Gedung Juang Majalengka menampilkan bagunaan tua bergaya kolonial dengan tembok yang sudah tidak segagah dahulu. Namun, tahukah bahwa bangunan di Majalengka ini menjadi saksi sejarah hingga tempat eksekusi gantung? 

Baca Juga: Sejarah Kesultanan Dermayu, Napak Tilas Berdirinya Indramayu

Gedung Juang sendiri memiliki sejarah yang cukup kental. Mulai dari kantor asisten residen Belanda, tempat penyiksaan zaman Jepang, markas militer saat revolusi, hingga akhirnya menjadi semacam museum mini. 

Sejarah Gedung Juang Majalengka, Mulai dari Era Belanda Hingga Kemerdekaan Indonesia

Kabupaten Majalengka memiliki banyak kisah sejarah yang menarik, salah satunya adalah Gedung Juang. Terletak di kawasan kantor DPRD Majalengka, bangunan ini pernah memegang peran penting pada masa penjajahan Belanda.

Gedung Juang merupakan bangunan bersejarah yang berdiri sekitar tahun 1860-an oleh pemerintah kolonial Belanda. Dulu, bagunan ini bernama Gedung AR atau Asisten Residen, semacam rumah sekaligus kantor pejabat tinggi pemerintah Belanda. 

Sekilas, Gedung Juang tampak menonjolkan arsitektur Eropa dengan desain khas zaman kolonial, yakni jendela besar, tiang tinggi, dan halaman luas. Dibalik bangunannya yang begitu megah, Gedung Juang menjadi saksi sejarah yang cukup bikin merinding. Berikut ulasan selengkapnya. 

Rumah Dinas Asisten Residen

Awalnya, Gedung Juang Majalengka merupakan rumah dinas Asisten Redaksi yang disebut sebagai Gedung AR. Asisten Redaksi sendiri merupakan wakil dari karesidenan Cirebon yang bertempat di Majalengka. Tokoh utama dalam Asisten Residen Majalengka pertama tahun 1860 ini adalah JJ Meider.

Kala itu, Gedung AR berguna sebagai lokasi eksekusi hukuman mati. Masyarakat Indonesia yang menerima saksi mati akan digantung di Gedung AR. Hukuman ini disaksikan publik sebagai peringatan bagi masyarakat secara umum. 

Lokasi Penahanan para Pejuang Indonesia

Saat Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942, Gedung Juang beralih menjadi lokasi penahanan para pejuang pribumi. Pejuang Indonesia yang tertangkap banyak mengalami siksaan berat hingga meninggal di Gedung AR. Jasad dan kuburan para pejuang tersebut masih belum diketahui hingga detik ini. 

Sebenarnya, Gedung AR hampir hancur karena bom di masa pendudukan Jepang. Sayangnya, bom tersebut mati, sehingga Gedung AR masih berdiri kokoh hingga saat ini. 

Masa Kedatangan Belanda Kembali

Pada 29 September 1945, Belanda kembali datang ke Indonesia. Saat itu, kedatangan Belanda dalam Netherlands Indies Civil Administration (NICA) dan sekutu bertujuan untuk melucuti senjata Jepang.

Kedatangan Belanda tersebut bermaksud untuk merebut kembali Indonesia yang saat itu sudah menyatakan soal kemerdekaannya. Sayangnya, Belanda berhasil merebut Gedung Juang Majalengka yang sudah diduduki oleh pejuang Indonesia. 

Baca Juga: Mengulas Sejarah Pacuan Kuda Kuningan yang Sudah Ada Sejak Zaman Penjajahan

Selanjutnya, selama masa perang kemerdekaan, Gedung Juang menjadi saksi perjuangan Masyarakat. Pada tahun 1945, Gedung Juang berhasil menjadi Kantor Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) yang berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Dulunya, KNID terkenal sebagai Regenscaftraad dan College van Gecomitterden. Lembaga ini merupakan hasil bentukan dari Bupati Majalengka RMAA Suriatanudibrata yang menjabat mulai tahun 1922 hingga 1944.

Masa Kemerdekaan Indonesia

Pada tahun 1949, Gedung Juang menjadi basis penting pasukan gerilya yang kembali dari perang di pegunungan. Saat itu, Gedung ini menjadi markas komando Militer Distrik (KMD) oleh pimpinan Lettu M. Challil.

Seiring berjalannya waktu, Gedung Juang menjadi peringatan perjalanan dan perjuangan masyarakat Majalengka. Dalam sejarahnya, gedung ini sempat menjadi kantor PEPABRI, FKPPI, PP Polri, PPAD, PPM dan Grumala.

Apa Saja yang Ada di Dalam Gedung Juang?

Saat ini, Gedung Juang beralih menjadi museum mini. Di tempat tersebut, pengunjung bisa melihat fosil gajah purba jenis Stegodon yang berhasil ditemukan di Majalengka. Selain itu, ada pula naskah-naskah kuno, alat pertanian zaman baheula, hingga dokumentasi sejarah perjuangan lokal. 

Komunitas Grumala atau Grup Urang Majalengka mengelola sebagian koleksi dalam Gedung Juang. Komunitas ini berperan aktif dalam mengadakan kegiatan edukatif hingga tur sejarah dan pameran artefak. 

Gedung Juang sendiri berlokasi di Jl. Letkol Abdul Gani No. 5, Majalengka Kulon, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Pengunjung bisa melihat isi gedung setiap hari, mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. 

Baca Juga: Sejarah De Grote Postweg Sumedang, Jalan Raya Pos Karya Daendels

Gedung Juang Majalengka menjadi saksi bisu atas perjuangan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan kolonial Belanda hingga pendudukan Jepang. Bagi masyarakat, Gedung Juang Majalengka ini memiliki sudut cerita yang memberikan nuansa zaman penjajahan begitu kental. Secara keseluruhan, gedung bisa menjadi tempat istimewa bagi mereka yang menyukai wisata edukasi sejarah Indonesia. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |