Mengulas Sejarah R.A. Wira Tanu III Cianjur di Jawa Barat

1 week ago 19

Pembahasan sejarah R.A. Wira Tanu III dari Cianjur, Jawa Barat memang menarik untuk diulas secara lebih dalam. Beliau merupakan seorang Bupati Cianjur yang memerintah dari tahun 1707 hingga 1726.

Sosoknya terkenal sebagai Dalem Dicondre. Pemerintahannya ditandai dengan adanya penerapan sistem tanam paksa yang ketat. Hal itu kemudian memicu terjadinya pemberontakan petani kopi. 

Baca Juga: Sejarah Raden Singaperbangsa, Bupati Pertama Karawang

Untuk mengetahui lebih dalam terkait sosok Bupati Cianjur tersebut, maka simak kisah selengkapnya dalam ulasan artikel singkat di bawah ini!

Sejarah R.A. Wira Tanu III dan Kehidupan Awalnya

Kehidupan awal Raden Aria Wira Tanu III memiliki nama asli Raden Astramanggala. Ia kemudian diangkat menjadi Bupati pada tahun 1707 saat ayahnya yaitu R.A. Wira Tanu II meninggal dunia. Ketika Wira Tanu III naik tahta, ibu kota Cianjur yang terletak di Pamoyanan mengalami kemunduran. 

Lalu, langkah pertamanya untuk mengembalikan kejayaan wilayah tersebut adalah memindahkan ibu kota asalnya Pamoyanan ke kampung Cianjur hingga kini. Sekedar informasi bahwa kampung Cianjur merupakan salah satu wilayah yang berada di Kabupaten Cianjur. Oleh karena itu, Wira Tanu III tidak berperan sebagai pendiri Cianjur.

Masa Pemerintahan R.A. Wira Tanu II

Sejarah R.A. Wira Tanu III di masa pemerintahannya, VOC mulai mengolah wilayah-wilayah yang diserahkan Mataram. Misalnya seperti menetapkan batas tiap kabupaten, dan memperbaiki tata kota dan desa.

Pada tahun 1711, VOC kemudian menetapkan bahwa wilayah pantai selatan masuk ke wilayah Cianjur. Kemudian pada 1715 Jampang pun juga ikut masuk ke wilayah Cianjur.

Namun, pada masa pemerintahannya, Wira Tanu III sering mengajukan klaim ke VOC terkait wilayah-wilayah yang ada di kekuasaan kabupaten tetangganya. Hal tersebut mengakibatkan Residen Cirebon (wilayah administrasi) kewalahan karena hal ini dapat mengurangi wilayah kabupaten lain.

Kemudian Residen Cirebon menyampaikan laporan kepada pemerintahan Batavia bahwa Rakyat Cianjur membuat gapura besar dan menyamai gapura kesultanan untuk menghormati Wira Tanu III.

Gapura ini mirip benteng dan tidak sesuai dengan status Cianjur yang hanya berstatus kabupaten. Dengan adanya hal ini tentu meningkatkan kewaspadaan VOC.

Gelar yang Tersemat Hingga Ketakutan VOC

Sejarah R.A. Wira Tanu III tak lepas dari gelar yang ada dalam dirinya. Sebelumnya, beliau meminta gelar Pangeran Aria Adipati Amangkurat di Datar.

Gelar tersebut menyatakan bahwa Wira Tanu III siap menyamakan dirinya dengan Amangkurat dan berkuasa di wilayah Datar. Lalu, pemerintah kolonial Belanda merasa sangat gentar saat bupatinya meminta gelar tersebut.

Baca Juga: Sejarah Nama Buitenzorg, Cikal Bakal Identitas Kota Bogor

Lalu, VOC merasa bahwa Wira Tanu III sudah sangat berbahaya dan takut akan berkuasa seperti Amangkurat sultan Mataram. Oleh sebab itu, VOC hanya mengabulkan gelar Datar nya saja. Bahkan, gelar itupun terlambat karena pengukuhan gelar dilakukan setelah meninggalnya Wira Tanu III dan akhirnya diberikan ke Wira Tanu IV.

Pemberontakan Melawan VOC

Sejarah R.A. Wira Tanu III semakin menarik saat terjadi pemberontakannya melawan VOC. Kala itu, ia meminta kepada kongsi dagang Belanda tersebut supaya Citarum menjadi batas Cianjur. Hal ini bisa memperluas wilayah Cianjur dengan mengambil sebagian Bandung dan Karawang serta seperempat dari wilayah Parakan Muncang.

Pada masa itu, Wira Tanu III ngotot kepada VOC untuk menggeser batas wilayah Cianjur dengan Kampung Baru Bandung, Karawang dan juga Parakanmuncang begitu luas sehingga membuat kabupaten lain berkurang wilayahnya.

Tentunya hal ini membuat VOC kebingungan karena tidak berani untuk menolak. Atas berbagai klaim tersebut, wilayah Cianjur di era pemerintahan Wira Tanu III sudah hampir menyamai wilayah Cianjur saat ini. 

Dengan demikian, Wira Tanu III merupakan salah satu Bupati yang berprestasi menurut pandangan VOC. Pasalnya, tokoh Cianjur tersebut selalu berhasil menyetor kopi yang terbesar kepada perusahaan Belanda tersebut. 

Kehidupan Asmara R.A. Wira Tanu III

Yang tidak kalah menarik dalam sejarah R.A. Wira Tanu III adalah terkait masalah asmara beliau. Suatu hari Wira Tanu III mendengar bahwa di wilayah Cikembar ada gadis cantik bernama Apun Gentay.

Karena pesona kecantikan inilah yang membuat beliau ingin menikahinya. Namun, Apun Gentay sendiri sebenarnya sudah mempunyai kekasih orang Citeureup di wilayah Bogor.

Kemudian, wanita ini dipanggil ke Pendopo. Ia pun tiba di pendopo tepat pukul 4 sore bersama kekasihnya. Keadaan pendopo saat itu lengang dan hanya terdapat sosok Wira Tanu III bersama saudaranya bernama Mas Purwa.

Kematian R.A. Wira Tanu III

Saat itu, Wira Tanu III mengira bahwa yang bersama wanita tersebut merupakan pengiringnya bukan kekasihnya. Lalu, saat Apun Gentay dipanggil untuk mendekat, kekasihnya pun ikut mendekat dan menusuk Wira Tanu III dengan condre sebanyak tiga kali. Seketika itu, beliau pun roboh dengan isi perut yang keluar.

Setelah kejadian naas tersebut, Mas Purwa kemudian mengejar si penusuk. Saat berada di alun-alun, mereka bertarung dan karena kesaktian Mas Purwa, si penusuk tersebut berhasil dipenggal kepalanya.

Sementara itu, Wira Tanu III pingsan di singgasana dengan keadaan isi perut yang keluar. Lalu, tepat pukul 7 malam beliau akhirnya meninggal dunia.

Baca Juga: Andries de Wilde, Sosok Pencetus Nama Kota Sukabumi

Demikian ulasan terkait sejarah R.A. Wira Tanu III yang dapat menambah referensi bersama. Wira Tanu III tidak hanya terkenal sebagai Bupati Cianjur berprestasi saja, namun sifatnya yang berani melawan penjajah patut untuk menjadi teladan. Kendati bukan pendiri Kota Cianjur, namun sosoknya tetap dikenang sebagai tokoh berpengaruh di wilayah Jawa Barat tersebut. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |