Dikenal sebagai penyanyi berbakat dengan lagu-lagu yang menyentuh, Nyoman Paul Fernando Aro atau Nyoman Paul tidak hanya menyuarakan nada, tetapi juga luka. Di balik penampilan panggungnya penuh energi, tersimpan kisah masa kecil yang rumit, menyayat, dan penuh air mata. Disutradarai oleh takdir yang keras, kisah hidup Nyoman Paul mengalir dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya. Sehingga, membentuk sosok dewasa yang tangguh namun tetap menyimpan jejak luka lama.
Baca Juga: Penuh Kesederhanaan, Cara Tya Ariestya Rayakan Ulang Tahun Anak Bersama Keluarga
Kisah Hidup Nyoman Paul yang Pilu
Nyoman Paul lahir di Jakarta dalam keluarga yang pada awalnya hidup dalam kelimpahan. Namun di balik kemewahan, terdapat sisi gelap berupa gaya hidup orang tuanya yang penuh pesta dan alkohol. Hubungan mereka pun akhirnya retak karena kekerasan dalam rumah tangga.
Dalam sebuah wawancara, Paul menyebut bahwa ia “selalu dengar cerita tentang pertengkaran hebat itu,” dan “tidak pernah benar-benar memahami mengapa semua harus berakhir secepat itu.” Perpisahan orang tuanya meninggalkan bekas trauma. Terutama ketika sang ibu dilaporkan oleh ayahnya sendiri hingga harus mendekam dalam penjara.
Paul, yang kala itu masih berusia dua tahun, tidak tinggal bersama kedua orang tuanya. Ia dibawa kabur oleh tante dari pihak ibu ke Bali. Hal tersebut demi menjauhkannya dari kerusakan psikis akibat konflik rumah tangga. Namun, tak lama berselang, sang ayah menjemputnya dan membawanya keluar negeri.
“Bilangnya mau ke rumah lama, ternyata langsung ke bandara,” kenangnya.
Destinasi mereka bukan tempat biasa. Melainkan Shanghai, tempat sang ayah bekerja dan berpindah-pindah negara. Kehidupan nomaden ini membuat Paul kehilangan akar. Ia sempat tinggal di Tiongkok dan India tanpa pernah tahu keberadaan ibunya.
Kisah hidup Nyoman Paul yang lebih menyedihkan lagi, selama tujuh tahun ia sama sekali tidak mengenali wajah maupun nama ibu kandungnya.
“Bener-bener kosong. Ketemu Mama pun bingung, kayak lihat orang asing,” tuturnya lirih. Kalimat ini menggambarkan kehampaan emosional mendalam, sesuatu yang tak mudah pulih hanya dengan pertemuan fisik.
Pertemuan Kembali dan Memulihkan Luka
Sementara Paul tumbuh jauh dari Indonesia, sang ibu tak pernah berhenti mencari. Dorongan rasa cinta dan kerinduan membawanya dalam pencarian panjang hingga akhirnya menemukan titik temu. Meski terlambat, keduanya kembali bersatu setelah sang ayah menyerahkan hak asuh karena tak sanggup lagi mengurus Paul sendirian.
Baca Juga: Nikmati Usia Senja, Marini Zumarnis Fokus Belajar Ilmu Agama
Paul kembali ke Bali dan mulai menata hidup bersama ibunya. Pertemuan itu tak serta-merta menghapus luka, tapi setidaknya menjadi awal dari pemulihan panjang yang sangat ia butuhkan. Dari luka itulah, musik menjadi tempat Nyoman Paul mencurahkan emosi.
Album debutnya, LUAP, seolah menjadi bentuk pelampiasan dari semua yang pernah ia tahan dalam sepi. Setiap bait dan melodi yang tercurah mengandung jejak masa lalu. Yakni, rasa kehilangan, rindu, dan harapan.
Luka yang Menjadi Cahaya
Kisah pilu Nyoman Paul adalah gambaran nyata bagaimana trauma masa kecil bisa membentuk karakter seseorang. Meski penuh luka, perjalanannya memberi pelajaran bahwa bahkan dari retakan paling gelap pun, cahaya bisa menyelinap masuk.
Baca Juga: Usai Toko Kue Lumiere Tutup, Ashanty dan Keluarga Menikmati Liburan ke Puncak
Kisah hidup Nyoman Paul ini bukan sekadar cerita tentang seorang anak yang terpisah dari ibunya. Ini adalah kisah tentang ketabahan, tentang bagaimana kehilangan bisa melahirkan keindahan. Tertuang dalam bentuk lagu, dalam bentuk harapan, dalam bentuk cinta yang akhirnya menemukan jalannya kembali. (R10/HR-Online)