Batik Paoman Indramayu menonjolkan varian warna coklat atau biru tua dengan motif kehidupan di laut. Jenis batik ini menyimpan sejarah panjang yang berkaitan dengan peradaban nelayan pada zaman dahulu. Bagaimana asal usul kemunculan Batik Paoman? Simak pembahasannya sebagai berikut.
Baca Juga: Mengenal Batik Ranginang Daun Tarum Khas Kota Banjar, Terinspirasi dari Produk Makanan
Mengenal Jejak Peradaban Batik Paoman Indramayu
Menurut seorang peneliti dari Balai Arkeologi Bandung, Nanang Saptono, Paoman merupakan toponim dari kata “Pa-omah-an”. Kata tersebut memiliki arti “Omah” yang berarti perumahan.
Paoman sendiri merupakan salah satu wilayah dengan sentra batik paling terkenal di Indramayu, Jawa Barat. Batik ini memiliki dua motif yang menjadi ciri khas tersendiri, yakni iwak ketong atau kapal kandas. Di samping itu, ada pula motif batik yang mengambil tema flora atau fauna dari daerah sekitar.
Berbagai motif yang tercipta dalam Batik Paoman berkaitan erat dengan lingkungan kehidupan masyarakat sehari-hari. Motif Batik Paoman Indramayu yang mendominasi unsur laut berkaitan erat dengan perkampungan nelayan di daerah tersebut.
Batik Paoman Gambaran dari Perasaan
Bagi kaum wanita di wilayah Paoman, melaut merupakan kegiatan yang tidak jauh berbeda dengan berperang. Di tengah laut, segalanya bisa terjadi. Entah badai yang tiba-tiba datang atau kegelapan malam saat perahu menabrak karang.
Sambil menunggu suaminya pulang, kaum wanita ini mengisi waktu luang dengan mencurahkan segenap perasaannya di atas selembar kain. Dahulu, mereka menggunakan getah nira untuk melukis di atas kain tersebut.
Paoman Bagian dari Wilayah Pelabuhan
Sebenarnya, Paoman terkenal sebagai daerah pemukiman tua yang masuk ke dalam wilayah Desa Pabean Ilir. Awalnya, Kampung Paoman merupakan bagian pemukiman para pekerja di Pabean.
Daerah tersebut berada di muara Sungai Cimanuk, pelabuhan tempat masuk keluarnya barang melalui kapal laut atau perahu di Indramayu. Dahulu, wilayah ini termasuk kekuasaan Sunda Galuh.
Indramayu sendiri terkenal sebagai bandar yang maju. Hal ini tercatat oleh Tom Pires, bangsa Portugis yang melakukan perjalanan di Nusantara.
Tom Pires sendiri menyebut Indramayu sebagai Chimano atau Cimanuk, salah satu dari enam bandar di pesisir utara. Sementara itu, Graaf dan Pigeaud menyebut Indramayu sebagai Dermayon, kota pelabuhan Kerajaan Sunda Galuh.
Masa jaya daerah pelabuhan tersebut bisa dilihat dari berbagai peninggalan yang ditemukan di kawasan Pabean Ilir. Aktivitas di pelabuhan ini berlangsung cukup lama, mulai dari masa sebelum masuknya Islam hingga masa penjajahan kolonial Belanda.
Membatik Bagian dari Mata Pencaharian
Setelah masa kejayaan bandar Indramayu berlalu, kaum laki-laki kehilangan mata pencahariannya sebagai nelayan. Pelan-pelan, mereka mulai mengubah sumber pendapatannya.
Salah satu hal yang tidak berubah dalam kehidupan penduduk adalah kegiatan pembuatan Batik Paoman Indramayu yang ditekuni kaum wanita. Mereka tetap melanjutkan tradisi membatik setiap hari.
Bahkan, kini membatik bukan sekedar kegiatan untuk mengisi waktu luang saja. Namun, membatik sudah menjadi bagian dari pekerjaan kaum wanita yang memiliki nilai ekonomi tersendiri.
Baca Juga: Mengenal Batik Lokatmala Sukabumi, Setiap Goresan Motif Penuh Filosofi
Biasanya, pembuatan Batik Paoman melalui beberapa tahap. Pertama, pencucian bahan berupa kain polos dengan menggunakan zat penghalus dan pelembut. Selanjutnya, pembuatan pola lengkap dengan ragam hiasan dari kertas. Baru setelah itu, kain diberi corak dan isen-isen.
Pola yang ada bisa dimanfaatkan untuk kegiatan membatik secara berulang. Penjiplakan dilakukan secara terus-menerus dengan jarak yang tetap, sehingga peletakan motif bisa serasi dan harmonis.
Pada tahap pemberian isen-isen, dilanjutkan dengan tembokan. Hal ini bertujuan untuk memperjelas variasi motif Batik Paoman Indramayu. Terakhir, kain akan memasuki proses pewarnaan dengan medelan.
Isen-Isen Batik Paoman Memiliki Kesan Khusus
Pada dasarnya, isen-isen pada Batik Paoman tidak hanya bertujuan untuk mengisi bidang kosong saja. Namun, pemberian isen-isen ini dilakukan untuk menciptakan kesan khusus.
Isen-isen tersebut merupakan simbol dari lingkungan alam dan keseharian kaum wanita di Paoman. Dari imajinasi yang ada, mereka menuangkannya ke atas kain polos. Lewat perempuan sederhana yang tinggal di daerah pesisir Indramayu ini, kemudian lahirlah Batik Paoman.
Kearifan Lokal
Batik Tulis Paoman merupakan karya seni yang sarat makna, menggabungkan keindahan visual dengan nilai historis dan kultural yang kuat. Setiap motifnya mengandung filosofi yang mencerminkan kehidupan masyarakat Indramayu, seperti gotong royong, kearifan lokal, dan rasa syukur terhadap alam.
Sebagai bagian dari warisan budaya tak benda Indonesia, pelestariannya menjadi tanggung jawab bersama. Berbagai inisiatif dilakukan, mulai dari pelatihan membatik untuk generasi muda hingga promosi di tingkat nasional dan internasional.
Lebih dari sekadar kain, Batik Tulis Paoman adalah media untuk memperkenalkan budaya Indramayu ke dunia. Setiap helainya merekam cerita tentang keindahan alam, kehidupan masyarakat, dan kekayaan tradisi lokal, sekaligus menjadi bukti eratnya keterkaitan antara seni, budaya, dan kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: Batik Hokokai Pekalongan, Sejarah di Balik Motifnya yang Rumit
Batik Paoman Indramayu menawarkan ciri khas yang berbeda dari motif batik lainnya. Di mana, Batik Paoman ini menggambarkan iwak ketong atau kapal kandas serta tema flora dan fauna dari daerah sekitar Indramayu. (R10/HR-Online)