harapanrakyat.com,- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap jejak tsunami purba di pesisir selatan Jawa, salah satunya di Pangandaran, Jawa Barat. Tsunami yang disebut BRIN diawali dengan gempa berkekuatan 9,0 magnitudo ini, berpotensi terulang kembali.
Dalam siaran pers yang diterima harapanrakyat.com, Minggu (17/8/2025), BRIN mengungkap, bukti ilmiah adanya tsunami raksasa yang pernah melanda pesisir selatan Jawa ribuan tahun lalu.
Temuan tersebut berasal dari riset paleotsunami yang dilakukan BRIN sejak 2006-2024 dan terbaru pada Mei 2025. Riset paleotsunami sendiri merupakan kajian ilmiah untuk menelusuri jejak tsunami purba. Caranya dengan menganalisis data geologi dari lapisan sedimen yang terendap di tanah maupun batuan.
Hasil dari riset paleotsunami ini mengungkap lapisan sedimen purba berusia sekitar 1.800 tahun ditemukan di Lebak, Pangandaran, hingga Kulon Progo.
Baca Juga: Tinggalkan Duka dan Trauma, Warga Pangandaran Kenang Bencana Tsunami 16 Tahun Lalu
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kebencanaan Geologi (PRKG) BRIN, Purna Sulastya Putra, menjelaskan, temuan tersebut menjadi pengingat, tsunami besar di selatan Jawa bersifat berulang setiap 600-800 tahun. Tsunami ini diduga terjadi akibat gempa megathrust dengan kekuatan minimal magnitudo 9,0.
“Ini bukan soal apakah tsunami besar akan terjadi, tapi kapan. Dengan jumlah penduduk pesisir selatan Jawa yang terus bertambah, risikonya semakin besar,” ungkap Purna.
Jejak Tsunami Purba di Pangandaran yang Terjadi Ribuan Tahun Lalu
Purna menambahkan, jejak tsunami purba juga ditemukan pada periode sekitar 3.000, 1.000, dan 400 tahun lalu. Temuan ini diperoleh melalui pengamatan lapangan di kawasan rawa dan laguna. Kemudian diperkuat dengan uji mikrofauna, analisis kimia, dan pentarikhan radiokarbon.
Dengan maraknya pembangunan infrastruktur strategis di selatan Jawa, termasuk di kawasan Pangandaran, BRIN menekankan pentingnya integrasi data paleotsunami dalam perencanaan tata ruang dan mitigasi bencana.
“Data ini dapat digunakan untuk menentukan zona rawan, lokasi evakuasi, hingga jalur penyelamatan,” jelas Purna.
Ia juga mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan. “Jika merasakan gempa besar di sekitar pantai, jangan tunggu sirine atau informasi resmi. Segeralah menuju tempat yang lebih tinggi, karena alam biasanya memberi tanda awal,” pesannya.
Lewat hasil riset ini, Purna mengajak pemerintah daerah, kalangan akademisi, media, serta masyarakat untuk menumbuhkan budaya sadar akan risiko bencana.
Baca Juga: Tsunami Paling Dahsyat yang Pernah Terjadi di Indonesia
“Tsunami memang tidak bisa dicegah, namun dampak korban jiwa maupun kerugian bisa ditekan dengan pengetahuan dan kesiapsiagaan,” katanya. (R7/HR-Online/Editor-Ndu)