Biaya Produksi Fantastis, Film Animasi Merah Putih One for All Tuai Kontroversi

1 week ago 27

Jagat media sosial tengah berseliweran postingan warganet yang memberikan kritikan terhadap film animasi lokal berjudul Merah Putih One for All. Film yang menceritakan sekelompok anak berjumlah delapan orang dengan julukan ‘Tim Merah Putih’ yang tinggal di desa. Mereka harus mempersiapkan hari peringatan Kemerdekaan Indonesia.

Sekelompok anak ini harus menjaga Bendera Pusaka agar bisa berkibar saat Upacara 17 Agustus. Sayangnya, bendera tersebut hilang di hari-hari mendekati peringatan, sehingga delapan anak dengan latar belakang budaya berbeda harus menyelamatkan Bendera Pusaka tersebut.

Film animasi ini memang film lokal. Sayangnya warganet tak bisa untuk tidak memberikan kritik terhadap kualitas dan teknis pembuatan film tersebut.

Terlebih film Merah Putih One for All ini harus menghabiskan dana produksi yang sangat fantastis. Lantas, kontroversi apa saja yang menuai kritik dari film animasi tersebut?

Baca Juga: Habib Jafar Beri Pujian untuk Film Animasi Jumbo

Kualitas Film Animasi Merah Putih One for All

Publik sebelumnya sempat mendapatkan suguhan film animasi dengan kualitas yang sangat di luar ekspektasi dari film Jumbo. Sehingga warganet menjadi kecewa saat menyaksikan trailer ‘Merah Putih One for All’.

Tak sedikit warganet yang akhirnya membandingkan kualitas animasi film ‘Jumbo’ dan film ‘Merah Putih One for All’.

Dari segi kualitas, banyak yang menilai lebih mirip seperti cutscene di game PS2. Banyak juga yang mengatakan jika animasi ini seolah-olah mirip project yang belum selesai, tapi harus segera terkumpul.

Suara Dubbing Mirip AI

Selain kualitas film animasi Merah Putih One for All menuai kritik, pengisi suara atau dubbing dalam film tersebut juga mendapat banyak sorotan dari warganet.

Banyak yang menilai suara setiap karakter dalam film animasi ini terasa sangat kaku, seolah menggunakan AI (Artificial Intelligence).

Selain itu, ada juga warganet yang mengomentari suara burung, karena terdengar menggunakan suara monyet.

Poster Tak Menarik

Poster film animasi Merah Putih One for All pun tak lantas bebas dari kritikan warganet, lantaran adanya tagline yang terlalu panjang.

Hal itu seolah-olah tidak dipikirkan dengan matang, dan justru malah mengganggu visual dari porter itu sendiri.

Belum lagi soal letak font yang yang tidak aesthetic, serta pemilihan font yang sangat-sangat tidak tepat. Banyak warganet yang menyebut poster film ini seolah mirip buatan anak SMP.

Plot Cerita Terkesan Dipaksakan dan Biaya Produksi Fantastis

Dengan hanya melihat trailer saja, warganet pun menyoroti soal plot atau alur cerita yang coba diangkat.

Seperti menghilangnya bendera dan usaha anak-anak untuk mencari bendera tersebut terkesan dipaksakan. Sebab menurut warganet, bendera bisa mereka beli di toko dengan harga terjangkau.

Kemudian soal biaya produksi yang terbilang fantastis. Poin inilah yang paling banyak menuai kontroversi dari warganet.

Dalam sebuah unggahan sang produser, yakni Toto Soegriwo dan Arry Ws mengungkapkan jika film animasi Merah Putih One for All menghabiskan biaya produksi sekitar Rp 6,7 miliar.

Nilai sebesar itu tentunya sangat fantastis jika menilik dari kualitas animasi dalam film tersebut yang masih sangat standar.

Baca Juga: Chris Evans Isi Suara Buzz Pada Film Animasi Lightyear, Ini Trailernya!

Karakter Jiplak Karya Orang Lain

Fakta lainnya soal film ini yaitu karakter setiap tokoh ternyata hasil menjiplak dari aset milik orang lain.

Sebuah akun di sosial media X (Twitter)  @Robexxx, mengungkapkan bahwa pihak yang memproduksi film mengambil atau memodifikasi asset orang di Reallusion menjadi sebuah karakter.

Itulah sejumlah kontroversi film animasi Merah Putih One for All yang panen kritikan dari warganet di media sosial. (Revi/R3/HR-Online/Editor: Eva)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |