Napak tilas penyebaran ilmu agama Islam di Kota Garut, Jawa Barat, masih cukup terasa hingga sekarang. Hal tersebut tentu tak lepas dari tokoh penting yakni Pangeran Papak. Sejarah Pangeran Papak dalam menyebarkan ajaran agama sangatlah kuat.
Baca Juga: Nieuwe Wijk Yogyakarta, Cikal Bakal Berdirinya Kawasan Kotabaru
Bahkan, sosoknya bukan hanya terkenal dalam ranah keagamaan saja. Lebih dari itu, ia juga memiliki peran besar sebagai teladan di kehidupan sosial-masyarakat. Khususnya di kawasan Cinunuk, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut.
Mengulas Sejarah Pangeran Papak Secara Lengkap
Kisahnya bermula pada masa beberapa ratus tahun yang lalu. Tepatnya sekitar abad ke-18 Masehi. Di sebuah kampung bernama Cinunuk, lahirlah seorang anak dari keluarga bangsawan yang sangat masyarakat segani. Terutama di wilayah Balubur Limbangan, konon juga masih satu garis keturunan dengan Prabu Siliwangi.
Ayahnya adalah seorang kiyai bernama Raden Muhammad Juari. Tokoh ulama terkemuka yang terkenal karena kearifan dan keilmuannya dalam bidang agama. Ia menikah dengan Nyi Raden Siti Injang.
Dari pernikahan tersebut keduanya memiliki tujuh orang anak. Anak bungsu dari pasangan ini bernama Raden Wangsa Muhammad. Tokoh yang ketika dewasa lebih populer dengan sebutan Sunan Papak.
Arti Nama Papak dan Filosofinya
Raden Wangsa Muhammad tumbuh dalam lingkungan religius dan penuh kedisiplinan. Ia menjadi anak yang cerdas, sopan santun serta memiliki empati tinggi kepada sesama. Meskipun berasal dari keluarga terpandang, ia tidak pernah membeda-bedakan latar belakang orang-orang di sekitarnya.
Dalam pergaulan, Raden Wangsa Muhammad bahkan sangat hangat dan merakyat. Tidak pernah sekalipun mengambil jarak meski ia berasal dari darah bangsawan. Sifat rendah hati inilah yang membuatnya begitu orang-orang cintai dari semua kalangan, baik tua maupun muda.
Itu juga menjadi sejarah awal mula penamaan Pangeran Papak. Di mana dalam bahasa Sunda, julukan “Papak” memiliki arti “sama rata” atau “sejajar”. Masyarakat memberikannya sebagai bentuk penghargaan terhadap sikap hidupnya yang egaliter.
Ia tidak pernah menunjukkan kesombongan atas status sosialnya. Melainkan justru senantiasa menempatkan dirinya sejajar dengan masyarakat biasa. Filosofi nama ini menjadi cerminan karakter kuat yang melekat padanya.
Baca Juga: Sejarah Nama Buitenzorg, Cikal Bakal Identitas Kota Bogor
Penyebar Agama Islam yang Karismatik
Dalam perjalanan hidupnya, Pangeran Papak melanjutkan jejak sang ayah sebagai seorang ulama dan guru agama. Pangeran Papak pun menjadi tokoh sentral dalam penyebaran ajaran Islam di wilayah Cinunuk dan sekitarnya.
Metode dakwah yang ia gunakan unik dan menyentuh berbagai aspek budaya lokal, termasuk seni dan pertunjukan tradisional. Hal yang membuat ajaran Islam lebih mudah masyarakat terima pada saat itu.
Dalam catatan sejarah, konon, masyarakat meyakini bahwa Pangeran Papak memiliki karomah atau keistimewaan seorang waliyullah. Salah satu kisah yang berkembang di masyarakat adalah kemampuannya dalam memahami bahasa hewan.
Sebuah karunia yang orang-orang yakini sebagai bukti kedekatannya dengan Sang Pencipta. Kepribadiannya yang bijak dan penuh wibawa membuat banyak orang datang kepadanya untuk berguru sekaligus meminta nasihat.
Makam Pangeran Papak Jadi Destinasi Ziarah Rohani
Setelah wafat, Pangeran Papak dimakamkan di sebuah bukit yang kini terkenal sebagai Makam Cinunuk. Tempatnya bersebelahan dengan kantor Kepala Desa Cinunuk dan berjarak sekitar 2 kilometer dari Alun-alun Kecamatan Wanaraja.
Makam ini tidak hanya menjadi tempat peristirahatan terakhir sang wali. Tetapi juga sebagai objek wisata rohani yang ramai peziarah kunjungi dari berbagai daerah. Tidak sedikit tokoh besar nasional seperti Megawati Soekarnoputri, Gus Dur, Wiranto, hingga Ridwan Kamil yang pernah berkunjung ke sini.
Di sekitar area makam juga terdapat Cimuara Pancuran Tujuh. Sebuah sumber air alami yang masyarakat percaya memiliki keajaiban. Sumber air ini mereka manfaatkan sebagai tempat pemandian umum dan berwudhu oleh para peziarah. Airnya turut menjadi sumber kehidupan bagi warga sekitar. Menunjukkan bahwa peninggalan Pangeran Papak mampu memberikan manfaat nyata bagi masyarakat hingga sekarang.
Baca Juga: Sejarah Sri Gading Anteg, Tokoh dengan Peran Besar di Tanah Tasikmalaya
Selain itu, nama Pangeran Papak juga menjadi sebutan laskar perjuangan dalam upaya mempertahankan Garut dari serangan penjajah. Dengan sejarah Pangeran Papak dan perannya yang begitu besar, masyarakat berusaha tidak melupakannya. Salah satu cara untuk senantiasa mengenang yakni dengan melangsungkan ritual Mulud setiap satu tahun sekali. (R10/HR-Online)