Mengenal Whale 52, Paus Paling Kesepian di Dunia

1 day ago 10

Whale 52 atau Whale 52-hertz dijuluki sebagai Paus Paling Kesepian di Dunia. Mamalia ini telah menghabiskan waktu bertahun-tahun di Pasifik utara tanpa teman atau pasangan. Sebutan sebagai paus paling kesepian itu tidak datang begitu saja, namun ada alasan di baliknya. Selama lebih dari 30 tahun, ilmuwan telah mendengarkan nyanyian dari Whale 52. Selain itu, paus biru ini tidak memiliki pasangan atau kelompok karena frekuensi suaranya sangat berbeda dengan jenis paus lain yang ada di lautan.

Baca Juga: Fenomena Sinkites di Laut Utara, Ubah Pemahaman Geologi Modern

Bekenalan dengan Paus Paling Kesepian di Dunia

Pada tahun 1989, William Watkins, seorang peneliti dari Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI), pertama kali menemukan keberadaan Whale 52. Watkins mendeteksi suara aneh dengan frekuensi 52 Hertz di Samudra Pasifik. Penelitian ini kemudian Watkins lakukan dengan menempatkan hidrofon di dasar laut guna mendeteksi aktivitas kapal selam Uni Soviet.

Dari situlah, suara tak terduga itu terdeteksi. Frekuensi suara Whale 52 berbeda dari suara paus lainnya yang biasanya berkisar antara 12 hingga 25 Hertz. Sementara itu, Whale 52 atau Paus Paling Kesepian di Dunia memiliki frekuensi yang hampir dua kali lipat daripada paus lainnya.

Paus sendiri merupakan hewan sosial berkelompok dan bermigrasi setiap tahun di lautan. Mereka berkomunikasi satu sama lain dengan suara lagu yang mereka buat. Nyanyian tersebut umumnya berupa gelombang infrasonik atau sinyal sonar dengan nada sangat sedikit. Akan tetapi, Whale 52 memproduksi suara dengan frekuensi unik sehingga membuat paus-paus lain tidak dapat mendengarnya untuk berkomunikasi. Akibatnya, lagu yang mereka nyanyikan menjadi tidak berarti bagi paus lainnya. 

Suara Aneh

Suara rendah aneh yang awalnya banyak peneliti ragukan sebagai “Monster Izebel” kemudian teridentifikasi sebagai panggilan paus biru. Di akhir tahun 1980-an, tepatnya menjelang berakhirnya Perang Dingin, jaringan hidrofon mulai berfungsi untuk penelitian paus. Paus Paling Kesepian di Dunia ini akhirnya Watkins laporkan sebab menyanyi selama musim kawin, tetapi tidak ada paus lain yang merespon. Tidak ada kelompok paus yang mampu mendengar suara ini di lautan. Kemungkinannya adalah mereka beranggapan kalau paus ini bisu atau tidak bisa berbicara.

Baca Juga: Fakta Warna Kulit Dinosaurus Ternyata Tidak Seperti di Film

Sejak saat itu, paus ini terkenal sebagai The Loneliest Whale 52 atau Whale 52-hertz. Berdasarkan rekaman berikutnya, ilmuwan memperhatikan ada perubahan nada yang terjadi pada Whale 52. Ilmuwan memperkirakan bahwa perubahan ini sejalan dengan bertambahnya usia sehingga suara panggilan paus ini semakin dalam seiring waktu. Selanjutnya, angkatan laut Amerika Serikat di Samudra Pasifik menemukan Whale 52 pada tahun 1992. 

Lalu pada tahun 2015, peneliti berusaha keras untuk menemukan Whale 52 lagi di Samudra Pasifik. Mereka juga menempatkan mesin untuk mengeluarkan suara dengan frekuensi 52 Hertz. Selain itu, frekuensi 12-25 Hz juga mereka terjemahkan agar Whale 52 bisa berkomunikasi dan tidak merasa sendirian. Keberadaan frekuensi 52 Hz hingga kini masih menyimpan misteri.

Cerita Tentang Kehidupan Whale 52

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, suara Paus Paling Kesepian di Dunia ini berbeda dari paus lainnya, sehingga mereka menghadapi kesulitan dalam berkomunikasi. Meskipun paus pada umumnya saling berinteraksi dalam kelompok mereka, beberapa ilmuwan sempat berspekulasi bahwa Whale 52 mungkin dilahirkan dalam kondisi tuli. Karena hal itu, tidak mengetahui cara yang tepat untuk bersuara. Ada pula teori lain yang menyebutkan bahwa ia adalah keturunan dari paus biru dan paus sirip. Ketidakmampuannya berkomunikasi dengan paus lainnya menyebabkan hidupnya menjadi lebih kesepian.

Keadaan memprihatinkan ini mengakibatkan paus tersebut dijuluki sebagai Paus Paling Kesepian di Dunia. Kendati begitu, kesepian yang mereka alami mungkin tidak seburuk bayangan manusia. Ada kemungkinan Whale 52 masih dapat berinteraksi dengan paus lain, seperti paus biru. Ini dapat memberikan dukungan pada teori bahwa ia adalah keturunan dari paus biru.

Oleh karena itu, masih ada beberapa paus lainnya yang bisa mendengar suara Whale 52 dalam berkomunikasi. Tak hanya paus biru, paus sirip dan bungkuk juga dapat berkomunikasi. Kisah Whale 52 mendapat banyak perhatian dari peneliti. Melihat keadaan di mana paus ini menghabiskan hampir semua hidupnya sendirian memberi inspirasi menarik untuk banyak orang.

Baca Juga: Kupu-Kupu Atlas Biru, Pemegang Rekor Hewan dengan Kromosom Terbanyak di Dunia

Lebih dari itu, kisah Paus Paling Kesepian di Dunia menunjukkan dampak kegiatan manusia terhadap kehidupan di laut. Contonya, kebisingan lalu lintas kapal dapat mengganggu komunikasi paus dan berisiko menyebabkan isolasi akustik, masalah yang semakin mengkhawatirkan seiring meningkatnya aktivitas manusia di lautan. Walaupun Whale 52 mungkin terus berenang tanpa sepenuhnya dipahami, ceritanya menjadi pengingat kuat akan pentingnya melindungi dan menjaga kehidupan laut yang rapuh sekaligus kompleks. Lalu juga menghargai keragaman dan keunikan setiap makhluk di bumi. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |