Balai Kota Sukabumi, Bangunan Heritage dan Pusat Pemerintahan Kota Mochi

7 hours ago 9

Balai Kota Sukabumi bukan sekadar gedung pemerintahan, melainkan juga bangunan bersejarah yang menyimpan kisah panjang perkembangan kotanya. Terletak di Jl. R. Syamsudin SH No. 25, Cikole, gedung ini menjadi pusat kegiatan pemerintahan sekaligus simbol identitas kota. Sejak peresmiannya pada 22 Februari 1934, ikon sejarah ini telah menjadi saksi bisu perjalanan Kota Sukabumi dari masa kolonial hingga kini.

Baca Juga: Situs Kuta Tanggeuhan Cianjur, Menguak Misteri Benteng Spiritual di Tanah Pasundan

Balai Kota Sukabumi Lokasi Strategis di Jantung Kota

Bangunan peninggalan Belanda ini berada di pusat kota dengan akses mudah ke berbagai tempat penting. Letaknya berdekatan dengan Perpustakaan Kota Sukabumi, kawasan kuliner, sekolah hingga tempat ibadah seperti masjid dan gereja. Posisi strategis ini menjadikan gedung itu tidak hanya sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga titik temu masyarakat yang beraktivitas di sekitar area publik kota.

Kawasan di sekelilingnya kini semakin cantik program Dago City Light. Menghadirkan suasana malam yang gemerlap berkat lampu warna-warni di sepanjang jalan. Ini menambah daya tarik wisata malam di Kota Sukabumi.

Sejarah Awal dari Gedung Sewa hingga Balai Kota

Tahukah Anda, sebelum memiliki gedung sendiri, pemerintahan Sukabumi sempat berpindah-pindah kantor? Pada 1 April 1914, saat Sukabumi resmi menjadi Gemeente (kotapraja), belum ada dana untuk membangun gedung pemerintahan. Pemerintah kota saat itu terpaksa menyewa gedung milik seorang pengusaha Tionghoa bernama Lie Ek Tong di Tjikoleweg No. 23 (kini sekitar Jl. Cikole).

Bangunan yang disewa berbentuk gepleisterd billiken gebouw, yaitu bangunan berdinding bilik dengan plesteran. Gedung ini berfungsi sebagai Gemeentehuis atau Balai Kota sementara sekaligus tempat pertemuan Dewan Gemeente. Bahkan pada masa tertentu juga dimanfaatkan sebagai tempat peribadatan Jemaat Gereja Reformasi.

Peran Penting Burgemeester G.F. Rambonnet

Pada Juli 1925, Sukabumi memiliki burgemeester (wali kota) pertama, yaitu Mr. George François Rambonnet. Karena Balai Kota yang disewa belum digunakan untuk kantor wali kota, Rambonnet berkantor di rumah di Cikoleweg No. 15. Rambonnet populer sebagai sosok penting yang mendorong pengadaan Balai Kota permanen. Ia melihat pentingnya memiliki gedung sendiri yang representatif untuk mengurus administrasi kota agar terus berkembang.

Pembelian Gedung Saat Resesi Ekonomi 1932

Perjalanan Balai Kota Sukabumi memasuki babak baru ketika terjadi resesi ekonomi global tahun 1932. Krisis ini membuat Lie Ek Tong mengalami kebangkrutan dan akhirnya menjual gedung tersebut kepada pemerintah Sukabumi dengan harga 12.600 Gulden. Pembelian ini menjadi titik awal renovasi besar-besaran untuk menjadikan gedung tersebut sebagai Balai Kota permanen.

Baca Juga: Uang Logam Picis Cirebon, Warisan Mata Uang Kuno Nusantara

Dengan anggaran yang terbatas akibat resesi, proses pembangunan memakan waktu cukup lama. Meski begitu, semangat pemerintah kota dan dukungan masyarakat membuat renovasi tetap berjalan hingga selesai.

Renovasi dan Peresmian

Setelah dibeli, bangunan heritage tersebut direnovasi agar lebih layak digunakan. Proses pembangunan melibatkan berbagai pihak. Perusahaan van de Pol dari Batavia memasok perabotan senilai 1.000 Gulden. Lampu mahkota yang indah, jam listrik dari Gebeo (kini PLN) hingga lambang Gemeente Sukabumi berupa dua singa dengan mahkota emas bertatahkan batu mulia sumbangan Braat NV menambah keanggunan bangunan ini.

Akhirnya, pada 22 Februari 1934, Burgemeester G.F. Rambonnet meresmikan gedung ini sebagai Balai Kota Sukabumi. Tanggal tersebut menjadi momen bersejarah yang hingga kini menjadi kenangan sebagai hari lahir Balai Kota.

Pesona Arsitektur Klasik dengan Sentuhan Lokal

Balai kota ini terkenal dengan arsitektur Art Deco yang populer pada era kolonial Belanda. Meski begitu, bangunan ini tetap memiliki sentuhan khas Sunda, yaitu gaya julang ngapak yang tampak pada bentuk atapnya. Keindahan arsitektur ini menjadikan bangunan tersebut sebagai salah satu ikon heritage yang patut kita lestarikan. Banyak wisatawan datang untuk melihat kemegahan fasad klasik yang berpadu dengan sentuhan modern.

Transformasi Modern Dago City Light dan Ruang Publik

Kini wajah Balai Kota Sukabumi tampak semakin mempesona. Semua ini berkat program Dago City Light. Kawasan pedestrian di depan Balai Kota kini lebih nyaman untuk berjalan kaki. Lampu hias warna-warni menambah keindahan suasana malam.

Suasana di kawasan ini terasa romantis dan hangat. Banyak warga dan wisatawan datang untuk bersantai. Mereka menikmati keindahan Kota Sukabumi di malam hari. Tempat ini pun menjadi salah satu destinasi favorit di pusat kota.

Lebih dari pusat pemerintahan, bangunan tersebut adalah saksi bisu perjalanan panjang kota ini. Dari gedung sewaan milik pengusaha Tionghoa hingga menjadi simbol kemajuan dan kebanggaan masyarakat Sukabumi. Keberadaan Balai Kota ini menyimpan nilai sejarah yang tinggi.

Baca Juga: Makam Keramat Godog Situs Religi Sarat Nilai Historis di Garut

Kini gedung bersejarah ini tidak hanya berfungsi sebagai administratif, tetapi juga menjadi daya tarik wisata budaya dan sejarah di Sukabumi. Bagi warga dan pengunjung, menyambangi Balai Kota Sukabumi adalah cara untuk mengenang sejarah kota sambil menikmati keindahan kawasan sekitarnya. Dengan segala pesona dan nilai historisnya, Balai Kota Sukabumi pantas disebut sebagai jantung Kota Mochi yang selalu hidup di hati warganya. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |