Tari Belenderan Karawang merupakan salah satu kesenian khas masyarakat lokal. Kesenian ini biasa tampil di setiap bulan maulud yang bertepatan dengan tanggal 16 bulan Jawa. Seni tarinya sendiri dibawa oleh Abah Nemin dengan nama khas Abah Epeng saat di atas pentas.
Baca Juga: Jejak Situs Keramat Makam Jabang Bayi Cirebon
Menelusuri Asal Usul Tari Belenderan Karawang dan Pola Geraknya
Dulunya, tari Belenderan berguna untuk menyajikan unsur ritual. Bagian awal tarian selalu berlangsung dengan sesajen berupa kopi pahit, kopi manis, rokok, rurujakan, kalapa dawegan (kelapa muda) hingga beas (beras). Hingga kini, syarat sesajen tersebut masih terus ada.
Sejarah Tari Belenderan
Sebenarnya tari Belenderan sudah terkenal sejak tahun 1939. Di Karawang, tarian ini mulai populer semenjak acara peresmian jembatan di Kampung Cisaruak, Desa Pasir Tanjung, Kecamatan Tegalsari. Istilah tariannya sendiri berasal dari kata Leleran yang artinya proses perataan sawah sebelum penanaman padi.
Abah Nemin merupakan seniman pertama yang menarikan tari Belenderan. Ia populer dengan nama panggilan Abah Epeng saat di atas pentas. Sepeninggal Abah Epeng pada tahun 2011, Mang Sarna menggantikannya sebagai penerus penari Belenderan.
Sebagai informasi, Mang Sarna merupakan seniman pemain Topeng Banjet. Ia mempelajari tari Belenderan hanya dengan mengamati Abah Epeng ketika di atas pentas. Melalui pengamatan tersebut, terbentuklah pola gerak tari Belenderan Karawang yang populer seperti saat ini. Adapun koreografinya tak lepas dari gerakan pencak silat gaya Karawangan.
Pola Tarian Belenderan
Sesuai dengan karakteristik gaya Karawang, tari Belenderan merupakan hasil dari pola spontanitas. Gerakan yang ada saat memainkannya muncul tanpa rencana. Beberapa gerak dalam tarian ini mencakup bahe, kewer, sambungan dan tempelan. Ada pula gerak tari belikat tukang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam satu gong dan berakhir dengan gerak mincid.
Baca Juga: Museum Cave AI Lotus, Wisata Heritage di Keraton Kasepuhan Cirebon
Gerak bahe dalam tari Belenderan memiliki makna tersendiri. Sebab, bahe memiliki makna gerak yang terlihat pada gerak tangan pemainnya. Misalnya seperti saat melempar benih padi dan gerak badan yang berbalik untuk mengambil benih padi.
Sebenarnya, beberapa gerak dalam tari Belenderan ada yang hampir mirip dengan gerak topeng. Hal ini lantaran pengaruh waktu pentas kedua tari tersebut dalam satu pertunjukan. Adapun satu gerak tari dari lima gerakannya berkaitan erat dengan arti kata Belenderan.
Pementasan Tari Belenderan
Tari Belenderan tak lepas dari kegiatan ritual saat pentas di atas panggung. Hal tersebut lantaran syarat wajib yang harus terpenuhi sebelum pentas. Kegiatan ritual ini mengharuskan sesaji atau sediaan berupa rokok gudang garam merah. Hingga kini, syarat tersebut masih terus dipenuhi sebelum melakukan pementasan tari Belenderan.
Sebagai tambahan, rias dan busana pada tari Belenderan Karawang memiliki karakter lincah dan gagah. Sebab, rias tari Belenderan tidak banyak menegaskan garis-garis wajah. Penegasan rias dalam tari Belenderan haya ada di bagian alis masekon, jambang mecut dan cedo di bagian dagu.
Sementara itu, busana pada tari Belenderan berakar dari busana tari rakyat. Dimana, busana yang sering digunakan memiliki ciri khas tampilan masyarakat pedesaan. Misalnya seperti baju pangsi, celana pangsi, iket atau penutup kepala hingga sarung sebagai kain penutup bagian bawah pinggang ke bawah.
Busana tersebut berlaku bagi para penari Belenderan yang akan pentas di atas panggung. Secara garis besar, busana pemain terdiri dari atribut-atribut pakaian khas masyarakat Sunda.
Fungsi Tari Belenderan
Pada zaman dahulu, fungsi tari Belenderan adalah untuk menyambut petani yang pulang setelah tandur atau menanam padi. Sambutan pada tarian ini memiliki nilai dan makna hiburan kepada petani. Hiburan tersebut dilakukan untuk menghilangkan lelah petani setelah aktivitas tandur.
Kini, tari Belenderan juga dipentaskan di berbagai acara penting. Misalnya seperti upacara pernikahan, khitanan dan kaul. Bahkan ada pula instansi pemerintah dalam lingkup Kabupaten Karawang yang meminta group tari Belenderan untuk tampil di momen-momen tertentu.
Sejak dipentaskan tahun 1939, tari Belenderan bukan hanya sekedar hiburan saja. Namun sebagai kesenian yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat Sunda. Tarian ini menjadi bagian penting yang berkaitan erat dengan sawah dan tradisi petani.
Baca Juga: Asal Usul Berokan Indramayu, Kesenian yang Memunculkan ‘Monster Seram’
Secara keseluruhan, tari Belenderan Karawang memiliki nilai historis dan filosofis yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, penting untuk melestarikan kesenian ini. Pelestarian tari Belenderan Karawang tersebut bisa dilakukan dengan berbagai upaya. Misalnya pengenalan di sekolah, festival, pertunjukan dan momen-momen penting lainnya. (R10/HR-Online)