Penelitian mengenai transplantasi sel punca mesenkimal telah selesai. Sel ini berguna sebagai pengobatan untuk berbagai kondisi seperti stroke, Alzheimer, diabetes, Parkinson, infark miokard, HIV, masalah testis dan penyakit degeneratif lainnya seperti gagal ovarium. Ovarium, merupakan bagian krusial dari sistem reproduksi wanita, serta bertanggung jawab untuk memproduksi sel telur serta hormon-hormon wanita.
Baca Juga: Teknologi Canggih dalam Manipulasi Sel Somatik pada Tumbuhan
Penemuan Sel Punca Mesenkimal
Kurangnya viabilitas dan diferensiasi dari transplantasi sel punca yang dapat menyebabkan tingkat adaptabilitas yang rendah. Angka kelangsungan hidup juga tidak memadai, sehingga menandakan bahwa pengobatan ini kurang efektif. Tingkat kelangsungan hidup rendah dan fungsionalitas MSC mungkin terkait dengan tingginya kejadian apoptosis yang terjadi selama kultur serta setelah transplantasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi jaringan rusak tidak mendukung kelangsungan hidup dan adaptasi sel punca. Oleh karena itu, transplantasi sel punca mungkin tidak menjadi pilihan efektif. Selain itu, penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa budidaya sel punca mesenkimal di lingkungan dengan tekanan oksigen rendah mengalami stres sel. Akan tetapi, satu studi menunjukkan bahwa stres tersebut dapat mengaktifkan HSP27 sebagai mekanisme anti-apoptosis dengan menekan caspase-9.
Keberhasilan transplantasi sel punca berasal dari kemampuan adaptasi dan diferensiasi yang rendah. Rendahnya efektivitas transplantasi MSC mungkin terjadi dari apoptosis yang terjadi selama fase pertumbuhan sel. Oleh karena itu, butuh dosis tinggi sel punca melalui booster rutin untuk terapi yang efektif. Lalu, pada gilirannya akan meningkatkan biaya pengobatan.
Potensi Sel Punca untuk Terapi Kerusakan Saraf
Sel Punca Mesenkimal (MSCs) bisa peneliti dapatkan dari berbagai jenis jaringan seperti jaringan lemak. Jaringan adiposa (AT) telah menjadi sumber MSC (HADMSCs) melimpah. Aksesnya juga mudah dengan adanya rasa tidak nyaman yang minimal bagi pasien. Begitu pula dngan sel mesenkimal dari folikel rambut manusia (hHFDMSCs) juga mudah peneliti peroleh sebagai sumber MSC yang menjanjikan.
HADMSCs dan hHFDMSCs cukup menarik perhatian besar karena memiliki kemampuan diferensiasi multilineage, sifat pembaruan diri serta potensi penggunaan dalam terapi sel. Tidak hanya itu, ADMSCs dan HFDMSCs juga menunjukkan kemampuan diferensiasi yang sama dengan MSC lainnya, seperti pembezaan menjadi adiposit, osteosit dan kondrosit. Selain itu, hADMSCs menunjukkan tingkat multipoten lebih tinggi dan potensi lebih besar dalam kultur daripada Sel Punca Mesenkimal dari Sumsum Tulang (BMSCs).
hADMSC tidak hanya dapat berdiferensiasi menjadi adiposit, tetapi juga menjadi berbagai tipe sel lainnya. Sebut saja miosit, osteoblas, kondrosit serta sel saraf. HFDMSCs juga memberikan potensi berguna dalam berbagai terapi kerusakan jaringan.
Baca Juga: Ikan Paling Kecil Sedunia, Ternyata Ada yang dari Indonesia
Menganalisis Heterogenitas MSC
Untuk memahami heterogenitas MSC, peneliti memberikan label penanda MSC pada sel-sel tersebut. Ini mampu menunjukkan kapasitas proliferasi seperti Oct4 serta berlabel FITC dan DAPI untuk pemeriksaan Sox2 dalam karakterisasi multipoten. hADMSCs dan hHFDMSCs memiliki karakteristik kapasitas tinggi untuk berdiferensiasi, termasuk menjadi MSC multipoten.
hADMSCs dan hHFDMSCs bisa berdiferensiasi jadi beragam tipe sel dan menyerupai tipe sel tertentu. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa MSC dapat berubah menjadi kardiomiosit, osteosit dan chondroblast. Pada penelitian ini, besar harapan agar MSC yang berkembang dari jaringan adiposa dan folikel rambut bisa dapat menjadi sel saraf.
Proses Induksi
Rangsangan dari hADPMSC dan hHFDMSC menggunakan faktor pertumbuhan. Setelah itu, mereka masuk pada proses inkubasi dalam waktu yang sama dan dapat peneliti kenal menggunakan GFAP, pewarnaan Hoechst dan nestin. Faktor pertumbuhan pada sel punca mesenkimal ini melibatkan jalur berbeda untuk memicu proses spesialisasi sel punca, namun kedua tipe sel ini mengekspresikan GFAP, Hoechst dan nestin.
Terlihat kalau MSC yang ada dari dua sumber berbeda menunjukkan sel-sel mirip neuron dengan fenotipe yang serupa. Meski begitu, jalur yang mereka jalani adalah berbeda. Analisis faktor bioaktif juga peneliti lakukan dengan menggunakan beberapa jenis penanda kelompok sitokin.
Berbagai kadar faktor bioaktif juga peneliti lepaskan. Contohnya, sekresi bioaktif dapat peneliti ukur menggunakan ELISA (Optical Density). Mekanisme ini adalah efek lingkungan mikro dari perubahan dan fungsi MSC neurogenik yang pemicunya dari EGF, FGF, PDGF serta forskolin.
Selama bertahun-tahun, potensi regenerasi hADMSCs telah menunjukkan lewat berbagai teknik, seperti transplantasi jaringan adiposa guna menggantikan jaringan lunak yang mengandung berbagai sel. Ini termasuk MSC yang mendukung neovaskularisasi dan penyembuhan jaringan melalui mekanisme sekresi GF. Oleh karena itu, hADMSC dan hHFDMSCs dapat menghasilkan neuron, sehingga menunjukkan perubahan dan fungsi saraf.
Baca Juga: Mengenal Daun Langka Encephalartos Horridus dari Afrika Selatan
Pada kasus sel punca mesenkimal, hADMSCs dan hHFDMSCs memiliki kemampuan serupa untuk bertransformasi menjadi sel saraf. Bisa juga untuk mendorong pembentukan sel yang bermanfaat bagi perkembangan regenerasi sel tubuh. Lebih tepatnya, sel punca mesenkimal ini untuk terapi masa depan bagi pasien dengan penyakit neurologi. (R10/HR-Online)