Makam Jabang Bayi Cirebon merupakan salah satu situs keramat yang cukup populer di masyarakat setempat. Situs ini berada di antara deretan pedagang bunga tabur makam di Kota Cirebon. Di balik bangunannya, Makam Jabang Bayi menyimpan kisah kelam yang menyedihkan.
Kisah tersebut berkaitan dengan hubungan terlarang antara perempuan keturunan Eropa dengan Putra Mahkota Keraton Kanoman. Lantas, bagaimanakah asal usul dari Makam Jabang Bayi? Simak pembahasannya sebagai berikut.
Baca Juga: Asal Usul Rumah Kentang Bandung sebelum Terbengkalai
Menelusuri Jejak Sejarah Makam Jabang Bayi Cirebon
Sesuai dengan namanya, Makam Jabang Bayi merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi bayi yang baru lahir. Menurut sejarah, bayi pada makam tersebut merupakan hasil dari hubungan terlarang. Cerita ini masih berkaitan dengan kisah Nyonya Delamore dan Putra Mahkota Komarudin II.
Sekilas Tentang Bangunan Makam Jabang Bayi
Sebelum memasuki area makam, pengunjung bisa melihat pintu berwarna hijau setinggi leher orang dewasa. Di bagian dinding depannya, terlihat hiasan piring keramik. Saat masuk lagi ke area dalam, pengunjung bisa melihat sebuah ruangan dengan lantai berwarna putih.
Sementara itu, ada pula pintu kayu berwarna emas yang berlapis kain panjang pink dan silver. Di balik pintu ini, terdapat makam ukuran kecil. Makam Jabang Bayi Cirebon ini dikelilingi kelambu berwarna putih. Saat berkunjung, peziarah akan melihat berbagai aneka bunga tabur yang memenuhi bagian tubuh makam.
Sejarah Makam Jabang Bayi
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat setempat, Makam Jabang Bayi berkaitan erat dengan Nyonya Delamore dan Putra Mahkota. Kisah ini berlangsung pada masa pemerintahan Sultan Anom VI Komarudin I. Lebih tepatnya, masa ini berlangsung sekitar tahun 1800-an.
Saat itu, Residen Cirebon, Jean Guillaume Landre atau Tuan Delamore sering menyelenggarakan pertemuan resmi bersama Sultan Anom Komarudin I. Dalam beberapa kali pertemuan, Tuan Delamore sering membawa putrinya, Nyonya Delamore. Sedangkan Sultan Anom juga ajak Pangeran Raja Komarudin II, putranya.
Beberapa pertemuan yang berlangsung intens membuat Pangeran Raja Komarudin II dan Nyonya Delamore saling jatuh cinta. Akhirnya, mereka menjalin hubungan terlarang yang menyebabkan kehamilan di luar nikah. Karena takut pada ayahnya, Nyonya Delamore sengaja menyembunyikan kehamilannya sampai melahirkan. Sayangnya, bayi ini terlahir dalam kondisi sudah meninggal.
Baca Juga: Perang Cina di Tanjung Pura, Wawacan Pemberontakan Cina di Purwakarta
Nyonya Delamore kemudian melarung jasad bayinya ke laut. Hal ini dilakukan untuk merahasiakan kelahiran tersebut. Dari sinilah sejarah asal usul Makam Jabang Bayi Cirebon berawal. Selang beberapa waktu, jasad bayi berhasil ditemukan oleh seorang nelayan.
Kemudian ia memakamkan jasad bayi tersebut di area pelabuhan, dekat Rutan Pelabuhan Kelas I Cirebon. Awalnya, bayi dimakamkan di dekat penjara hingga akhirnya dipindahkan pada tahun 1933. Hal tersebut lantaran banyaknya peziarah yang datang. Sementara lokasi makam berdekatan dengan narapidana.
Asal Usul Nama Jabang Bayi
Sebenarnya, penamaan jabang bayi pada makam memiliki arti tersendiri. Menurut juru kunci makam, jabang bayi memiliki arti sebagai sosok yang tidak tahu asal usulnya. Jabang bayi sendiri merujuk pada sosok bayi yang tidak memiliki orang tua. Dengan demikian, asal usul bayi di dalam makam keramat tersebut masih belum terungkap.
“Makanya ini bernama jabang bayi, lantaran namanya siapa, jenis kelamin apa, orang tuanya siapa tak bisa diceritakan,” ungkap Kani, juru kunci makam.
Selama ini, banyak peziarah yang mendatangi Makam Jabang Bayi. Pengunjung yang datang berasal dari berbagai daerah. Mulai dari Kabupaten Cirebon, Indramayu sampai Majalengka. Masyarakat percaya bahwa ziarah ke Makam Jabang Bayi Cirebon akan membantu memuluskan jalan dari harapan yang disampaikan.
Makam Jabang Bayi Bagian dari Sejarah dan Budaya Cirebon
Sejarah hubungan terlarang antara Nyonya Delamore dengan Putra Mahkota Keraton Kanoman menyimpan kisah kelam. Kendati demikian, kisah ini tetap menjadi bagian dari sejarah Kota Cirebon. Makam Jabang Bayi bukan hanya sekedar tempat peristirahatan terakhir saja. Namun, tempat ini juga menyimpan kisah yang menarik tentang sejarah dan budaya Cirebon.
Baca Juga: Situs Makam Van Beck, Jejak Eropa di Tengah Cigugur Kuningan
Secara keseluruhan, Makam Jabang Bayi Cirebon tidak hanya terkenal sebagai situs keramat yang ramai pengunjung. Namun, Makam Jabang Bayi ini juga menjadi saksi bisu dari kisah kelam yang memperkaya bagian sejarah dan budaya Cirebon. Oleh sebab itu, penting untuk menjadikan makam sebagai pengingat akan pentingnya menjaga nilai moral dan budaya yang diwariskan. (R10/HR-Online)